REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar aset kripto di pertengahan tahun ini cenderung menurun. Namun, para investor aset kripto tidak perlu merasa khawatir karena pasar yang sedang menurun atau biasa kita sebut sebagai market bearish tidak selamanya selalu buruk.
Berdasarkan data perdagangan Indodax pada Kamis (12/5/2022) pukul 19.00 WIB, Harga Bitcoin berkisar sekitar Rp 413 juta dan Ethereum kisaran harga Rp 28 juta.
CEO Indodax, Oscar Darmawan mengatakan penurunan harga kripto pada dasarnya terjadi karena aksi jual yang terjadi lebih banyak daripada aksi beli oleh para investor, sehingga penawaran yang ada di pasar lebih banyak daripada permintaannya. Namun, aksi jual besar besaran ini tentu terjadi akibat sentimen negatif yang terjadi belakangan ini.
“Saya pikir sentimen negatif yang menyebabkan kripto menurun beberapa hari terakhir terjadi karena kebijakan kenaikan suku bunga The Fed. Kebijakan ini bertujuan untuk meredam inflasi di Amerika yang sedang melonjak," ujarnya, Jumat (13/5/2022).
"Maka itu, tidak heran jika para whales s (sebutan bagi investor yang berinvestasi kripto dalam jumlah besar, red) memilih untuk menjual aset kripto nya dan keluar terlebih dahulu,” ucap Oscar.
Melihat pasar kripto yang sedang menurun cukup signifikan, Oscar menilai investor cenderung menunggu sehingga pergerakan dari pasar kripto sendiri cenderung bergerak lambat dapat bullish kembali.
Pada masa seperti ini, ada beberapa tips trading yang bisa digunakan ketika menghadapi market yang sedang bearish. Oscar menyebut dalam trading kripto atau apapun, money management merupakan hal yang sangat penting baik itu ketika kondisi market sedang bearish ataupun bullish.
“Jika seorang investor memiliki money management yang baik, maka bagaimanapun kondisi market tidak akan terlalu berpengaruh terhadap dirinya," ucapnya.
"Bahkan, jika seseorang memiliki money management buruk, ketika market sedang hijau sekalipun dia tidak akan menuai profit. Maka, seseorang perlu memiliki money management yang baik, sehingga bisa paham kapan waktu kembali masuk ke pasar sesuai dengan budget dan rencana investasi yang sudah dibuat,” katanya.
Kemudian tips kedua, investor juga bisa memanfaatkan kondisi ini dengan membeli kripto karena harganya yang sedang terdiskon. Istilah ini kerap disebut sebagai buy the dip.
“Kondisi buy the dip biasa dilakukan oleh beberapa institusi investor seperti Microstrategy Inc ataupun negara El Salvador yang sudah beberapa kali membeli bitcoin cadangan devisa negaranya ketika harga nya sedang terdiskon. Setelah investor membeli kripto tersebut, investor bisa menyimpan, dan menjualnya saat harganya naik nanti,” ucap Oscar.
Menurutnya, sering kali saat penurunan market seperti ini, ada saat dimana harga Bitcoin dan lain-lain tiba-tiba meningkat drastis dan justru tidak lagi turun.“Artinya, penurunan seperti ini masih belum terlalu mengkhawatirkan. Para analis masih menyebutkan bahwa masih ada kemungkinan besar Bitcoin dan kripto lain naik secara tiba-tiba dan drastis. Jika dilihat secara historis pun pattern bearish seperti ini tetap akan terjadi dan kemungkinan besar akan diikuti dengan All Time High kembali nanti,” katanya.
Dengan menggunakan trik buy the dip, investor bisa meningkatkan portofolio kripto nya. Namun, investor ingin melakukan teknik buy the dip, Oscar menyarankan agar para investor berhati hati, tetap menggunakan uang dingin, memilih aset kripto yang berfundamental bagus dan memiliki kapitalisasi besar, dan berpatokan terhadap trading plan yang sudah dibuat.
Terakhir, investor dapat melihat aset kripto lain yang tidak terpengaruh dengan turunnya harga Bitcoin. "Indodax memberikan pilihan kepada para member dengan berinvestasi short token, yang mana sistem short token merupakan kebalikan dari suatu aset kripto. Jika kriptonya turun, maka kripto short token akan naik dan begitu pula sebaliknya," ucapnya.