Jumat 13 May 2022 16:43 WIB

Ekonom: Kenaikan Suku Bunga BI Berdampak Positif Bagi Perekonomian

BI akan menaikkan suku bunga acuan untuk mengendalikan inflasi.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Ekonom Bank BCA David Sumual. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan suku bunga acuan Bank Indonesia 7 Days Repo Rate yang berpotensi naikdapat berdampak positif terhadap perekonomian nasional.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ekonom Bank BCA David Sumual. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan suku bunga acuan Bank Indonesia 7 Days Repo Rate yang berpotensi naikdapat berdampak positif terhadap perekonomian nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan suku bunga acuan Bank Indonesia 7 Days Repo Rate yang berpotensi naikdapat berdampak positif terhadap perekonomian nasional.

Menurutnya, BI akan menaikkan suku bunga acuan untuk mengendalikan inflasi agar tidak bergerak terlalu tinggi.

Baca Juga

"Kalau kita bisa mengendalikan inflasi, dampak positif kenaikan suku bunga bisa lebih besar. Kalau kita bisa mengendalikan ekspektasi supaya inflasi tidak bergerak liar, itu justru positif dampaknya ke pertumbuhan ekonomi," kata David di Jakarta, Jumat (13/5/2022).

Ia memperkirakan, BI akan mulai menaikkan suku bunga acuan pada semester II 2022 untuk menahan agar inflasi terkendali di kisaran perkiraan pemerintah 2 sampai 4 persen tahun ini. Untuk memberikan dampak positif kepada pertumbuhan ekonomi, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia perlu dilakukan secara perlahan-lahan.

"Di satu titik tertentu kalau suku bunga acuan BI sudah terlampau tinggi, itu justru dapat berdampak negatif ke pertumbuhan. Kalau sekarang posisinya suku bunga kita salah satu yg terendah secara historis," kata dia.

Dengan kenaikan suku bunga acuan BI, pelaku usaha sektor riil akan mempercepat realisasi investasi atau penambahan modal kerja karena mereka memandang suku bunga acuan BI berpotensi terus naik. Apalagi aktivitas perekonomian juga semakin bergeliat setelah Lebaran yang tampak pada pertumbuhan uang beredar.

Kenaikan biaya input lantaran peningkatan harga komoditas dunia juga mendorong pelaku usaha untuk menambah modal kerja. "Selama ini mereka kan menunda, sudah dua tahun lebih permintaan melemah, mereka tidak berani ekspansi. Apalagi harta barang input naik, ditambah permintaan mulai naik, mereka mungkin akan menambah kapasitas juga," kata David.

Kenaikan suku bunga biasanya berisiko bagi masyarakat atau korporasi yang menarik pinjaman berlebihan dari perbankan, atau lebih tinggi dari pendapatan mereka. Namun di tengah pemilihan dari Covid-19 saat ini sebetulnya tak banyak masyarakat dan korporasi yang menarik pinjaman dari perbankan.

"Di posisi sekarang seharusnya kenaikan suku bunga acuan BI relatif oke, tapi nanti di satu sisi inflasi naik, terus suku bunga naik terus, pasti ada pengaruhnya juga ke perusahaan atau masyarakat," ucap dia.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement