REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso dr M Syahril SpP mengungkapkan, hingga kini sudah ada tujuh kematian diduga akibat hepatitis akut misterius. Ketujuh pasien, kata dia, meninggal sebelum menjalani pemeriksaan diagnosis probable hepatitis akut misterius.
"Yang tujuh meninggal tadi belum probable, karena belum kita tegakkan diagnosisnya sebagai hepatitis akut. Sehingga, kita tidak bisa mengatakan pasien tujuh ini meninggal karrna hepatitis akut," kata dokter Syahril dalam konferensi pers daring, Jumat (13/5).
Sebagian besar pasien yang meninggal, kata dia, sudah dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar setelah mengalami gejala yang lebih berat, seperti kejang dan menurunnya kesadaran. Namun, ia tidak perinci menjelaskan rumah sakit mana saja yang menangani ketujuh pasien tersebut.
"Nanti akan disampaikan Kementerian Kesehatan untuk wilayah, usia, dan profil kesehatan pasien," ujarnya.
Hingga kini, probable hepatitis akut misterius di Indonesia baru ada satu yang terdeteksi di Indonesia. Sedangkan 17 kasus lainnya, termasuk pasien yang meninggal masih dalam status pending classification ataupun discarded.
Kasus dugaan hepatitis akut dilaporkan di tujuh provinsi. Pertama, Sumatra Utara dengan satu kasus pending classification; Sumatra Barat satu kasus pending classification; Kepulauan Bangka Belitung, satu kasus discarded; DKI Jakarta, satu kasus probable, lima kasus pending classification, lima discarded dan satu menunggu hasil penyelidikan epidemiologi; Jawa Barat, satu kasus pending clasification; Jawa Timur satu kasus pending classification dan Kalimantan Timur satu kasus discarded.
Adapun, kasus dikatakan discarded karena setelah dilakukan tes darah positif terinfeksi hepatitis A ataupun Hepatitis B juga ada ada yang positif demam berdarah dan tifoid. Dari 18 kasus yang telah dilaporkan, terdiri atas sembilan laki-laki dan delapan perempuan.
"Usia paling banyak 5-9 tahun ada enam orang. Kemudian di atas 15-20 tahun ada empat orang," katanya.