REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, dr M Syahril membenarkan sudah dibentuknya Satgas Hepatitis Akut Misterius. Satgas tersebut dibentuk Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin tak lama setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pernyataan resmi terkait penyakit tersebut.
"Ya, ada. Saya sendiri masuk ke dalam tim itu (Satgas Hepatitis Misterius),\" kata Syahril saat konferensi pers daring, Jumat (13/5/2022).
Selain pemerintah, termasuk di dalam anggota Satgas para tenaga profesi, para ahli, dan pakar yang biasa disebut dengan komite ahli. Para pakar atau komite ahli yang terlibat di Satgas Hepatitis mengemban tugas untuk mendiskusikan langkah-langkah tepat untuk menangani kasus hepatitis misterius ini.
"Termasuk di dalamnya penentuan tindakan preventif atau pencegahan apa yang bisa dilakukan pemerintah maupun masyarakat," kata Syahril.
Selain mendiskusikan langkah pencegahan, komite ahli juga bertugas menentukan diagnosis penyakit hingga bagaimana tata laksana penyakit hepatitis misterius tersebut. Ia pun memberikan contoh, para pakar tersebut membuat pedoman, dalam hal ini telah dilakukan para ahli dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
"Dan pedoman ini yang kami pakai di Indonesia. Termasuk langkah-langkah di laboratorium beserta urutan-urutannya," ujarnya.
Hingga kini sudah ada tujuh kematian di Indonesia diduga karena hepatitis akut misterius. Ketujuh pasien, kata Syahirl, meninggal sebelum menjalani pemeriksaan diagnosis probable hepatitis akut misterius. Namun, seluruh pasien menunjukkan gejala serupa mirip penyakit tersebut.
"Yang tujuh meninggal tadi belum probable, karena belum kita tegakkan diagnosisnya sebagai hepatitis akut. Sehingga kita tidak bisa mengatakan pasien tujuh ini meninggal karena hepatitis akut," kata Syahril.
Sebagian besar pasien yang meninggal, sambungnya, sudah dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar setelah mengalami gejala yang lebih berat, seperti kejang dan menurunnya kesadaran. Namun, ia tidak merinci rumah sakit mana saja yang menangani ketujuh pasien tersebut.
"Nanti akan disampaikan Kementerian Kesehatan untuk wilayah, usia, dan profil kesehatan pasien," ujarnya.
Hingga kini, probable hepatitis akut misterius di Indonesia baru ada satu yang terdeteksi. Sedangkan 17 kasus lainnya, termasuk pasien yang meninggal masih dalam status pending classification ataupun discarded.
Kasus dugaan hepatitis akut dilaporkan di tujuh provinsi. Pertama, Sumatera Utara dengan 1 kasus pending classification; Sumatera Barat 1 kasus pending classification; Kepulauan Bangka Belitung 1 kasus discarded; DKI Jakarta 1 kasus probable, 5 pending classification, 5 descarded dan 1 menunggu hasil penyelidikan epidemiologi; Jawa Barat 1 kasus pending clasification; Jawa Timur 1 kasus pending classification; dan Kalimantan timur 1 kasus discarded.
Kasus dikatakan discarded karena setelah dilakukan tes darah positif terinfeksi hepatitis A atau pun Hepatitis B juga ada ada yang positif demam berdarah dan tifoid. Dari 18 kasus yang telah dilaporkan, terdiri dari sembilan laki-laki dan delapan perempuan.
"Usia paling banyak 5-9 tahun ada 6 orang. Kemudian di atas 15-20 tahun ada empat orang," kata dia.