Sabtu 14 May 2022 00:05 WIB

Penelitian Klaim Obat Ini Hentikan Pertumbuhan Tumor dan Tidurkan Sel Kanker

Obat baru yang ditemukan para peneliti ini mengarah pada pengobatan baru kanker.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Obat baru yang ditemukan para peneliti ini mengarah pada pengobatan baru kanker.
Foto: www.freepik.com.
Obat baru yang ditemukan para peneliti ini mengarah pada pengobatan baru kanker.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah pendekatan terapeutik baru diklaim bisa mencegah pertumbuhan tumor metastatik pada tikus. Obat itu juga membuat sel kanker ada dalam keadaan tidak aktif sehingga tidak dapat berkembang biak.

Studi yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Medicine (JEM) itu diyakini dapat mengarah pada pengobatan baru untuk kanker. Utamanya, mencegah kekambuhan atau penyebaran berbagai jenis kanker.

Baca Juga

Jenis kanker yang disoroti termasuk kanker payudara dan karsinoma sel skuamosa kepala dan leher (HNSCC). Dalam banyak kasus, pasien kanker kerap kambuh bertahun-tahun atau beberapa dekade setelah pengobatan awal.

Sebagian pasien mengembangkan tumor baru yang tumbuh kembali di lokasi yang sama atau bermetastasis (menyebar) ke bagian lain dari tubuh. Tumor sekunder itu terkadang resisten terhadap pengobatan.

Peneliti berpendapat kekambuhan pasien dapat dicegah jika terungkap cara untuk menjaga sel-sel kanker yang tersisa ada dalam keadaan tidak aktif. Riset digagas oleh Maria Soledad Sosa dari Icahn School of Medicine di Mount Sinai dan Julio A Aguirre-Ghiso dari Albert Einstein College of Medicine.

Dalam penelitian sebelumnya, Sosa dan Aguirre-Ghiso menemukan bahwa protein NR2F1 mengendalikan kemampuan sel kanker supaya tetap tidak aktif. Protein reseptor itu dapat memasuki inti sel dan mengaktifkan/menonaktifkan banyak gen dalam program yang mencegah sel kanker berkembang biak.

Kadar NR2F1 biasanya rendah pada tumor primer tetapi meningkat pada sel kanker diseminata yang tidak aktif. Tingkat protein NR2F1 kemudian menurun sekali lagi ketika sel kanker mulai berkembang biak lagi dan membentuk tumor berulang atau metastasis.

"Oleh karena itu, kami berpikir bahwa mengaktifkan NR2F1 menggunakan molekul kecil dapat menjadi strategi klinis yang menarik untuk menginduksi dormansi sel kanker dan mencegah kekambuhan dan metastasis," ujar Aguirre-Ghiso.

Dalam studi barunya, Sosa dan Aguirre-Ghiso bersama tim menggunakan pendekatan skrining berbasis komputer untuk mengidentifikasi obat bernama C26. Obat tersebut mengaktifkan NR2F1. Para peneliti menemukan bahwa merawat sel HNSCC yang diturunkan dari pasien dengan C26 meningkatkan kadar NR2F1 dan menghentikan proliferasi sel.

Tim peneliti kemudian menguji apakah C26 akan mencegah metastasis pada tikus. Hewan yang disuntik dengan sel HNSCC yang diturunkan dari pasien biasanya membentuk tumor primer besar yang menyebar ke paru-paru setelah tumor aslinya diangkat melalui pembedahan.

Hasilnya, pengobatan dengan C26 mengurangi ukuran tumor primer dan pemberian dosis C26 lebih lanjut setelah operasi sepenuhnya memblokir pertumbuhan tumor metastatik. Paru-paru hewan pengerat hanya berisi beberapa sel kanker yang tidak aktif yang tidak dapat berkembang biak bahkan setelah pengobatan dihentikan.

Obat yang mengaktifkan NR2F1 kemungkinan berguna pada penanganan kanker payudara. Karena pengobatan C26 meningkatkan kadar NR2F1, pendekatan ini mungkin bermanfaat untuk kanker lain dengan kadar protein reseptor rendah.

Tim terus mempelajari pengobatan pada jenis kanker berbeda dan kombinasi dengan imunoterapi. "Secara keseluruhan, penelitian kami mengungkap strategi berbasis mekanisme dan dirancang secara rasional untuk mengeksploitasi dormansi (keadaan berhenti tumbuh) yang diaktifkan NR2F1 sebagai pilihan terapi untuk mencegah kekambuhan metastasis," kata Aguirre-Ghiso, dikutip dari laman The Brighter Side, Sabtu (14/5/2022).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement