REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Militer Israel mengatakan hasil penyelidikan sementara kasus pembunuhan jurnalis Aljazirah Shireen Abu Akleh belum menentukan atau menunjukkan siapa pelaku yang penembakan. Mereka hanya menyebut ada dua kemungkinan sumber tembakan yang menewaskan jurnalis berkebangsaan Palestina tersebut.
“Kesimpulan dari laporan sementara adalah bahwa tidak mungkin untuk menentukan sumber tembakan yang mengenai dan membunuh reporter itu,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, Jumat (13/5), dikutip laman Al Arabiya.
Militer Israel mengungkapkan, penyelidikan menunjukkan ada dua kemungkinan sumber tembakan yang membunuh Abu Akleh. Kemungkinan pertama, berondongan tembakan berasal dari orang-orang bersenjata Palestina ke arah pasukan Israel. “Pilihan lainnya adalah selama baku tembak, salah satu tentara menembakkan beberapa peluru dari sebuah jip menggunakan teleskop ke seorang teroris yang menembaki kendaraannya,” kata militer Israel.
Israel dan Palestina telah saling menyalahkan atas insiden terbunuhnya Abu Akleh. Tel Aviv sudah menyerukan penyelidikan bersama untuk mengusut insiden tersebut. Namun Palestina menolak seruan itu. Presiden Palestina Mahmoud Abbas justru menyatakan akan membawa kasus pembunuhan Abu Akleh ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
“Kami menolak penyelidikan gabungan dengan otoritas Israel. Kami akan segera ke ICC untuk memburu para penjahat,” kata Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam upacara pemakaman kenegaraan untuk Abu Akleh di Ramallah, Kamis (12/5/2022), dikutip laman Al Arabiya.
Sekitar 230 organisasi dan jaringan hak asasi manusia (HAM) internasional mengecam keras pembunuhan jurnalis Aljazirah, Shireen Abu Akleh, saat sedang meliput operasi penggerebekan pasukan Israel di Jenin, Tepi Barat. Menurut mereka, Israel bertanggung jawab atas kematian Abu Akleh.
Media Palestina, Ma’an News Agency, mengungkapkan, 229 organisasi HAM telah menandatangani pernyataan bersama. Di dalamnya mereka menyatakan bahwa tindakan pasukan Israel membidik jurnalis Palestina adalah tindakan disengaja dan direncanakan serta merupakan operasi pembunuhan penuh. “Martir Shireen Abu Akleh adalah korban langsung terorisme negara terorganisasi (oleh Israel), yang berperilaku dengan mentalitas geng kriminal,” kata mereka dalam surat pernyataan bersamanya.
Menurut mereka, dibidiknya jurnalis-jurnalis Palestina oleh pasukan Israel karena mereka profesional dalam mengungkap kebenaran dan kejahatan rezim Israel. “Pasukan pendudukan Israel, dengan tindakan keji mereka, ingin mengaburkan kebenaran dan menutupi kejahatan mengerikan mereka terhadap putra dan putri rakyat Palestina. Apalagi rezim, dengan tindakan kejinya, ingin menakut-nakuti dan mengintimidasi wartawan untuk mencegah penyampaian kebenaran kepada dunia,” katanya.
Para organisasi HAM itu juga menyerukan pembukaan penyelidikan internasional yang “netral, independen dan transparan” terhadap Israel karena menargetkan jurnalis Palestina. Mereka menghendaki agar proses penyelidikan di awasi langsung ICC.
Abu Akleh adalah seorang koresponden untuk stasiun televisi Aljazirah berbahasa Arab. Dia tertembak di kepala saat sedang meliput aksi pasukan Israel menggerebek kamp pengungsi di Jenin, Tepi Barat, Rabu (11/5/2022) lalu. Padahal saat meliput, Abu Akleh mengenakan rompi dan helm yang mengidentifikasi bahwa ia adalah jurnalis.
Setelah tertembak, Abu Akleh segera dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan kritis. Nyawanya tak berhasil diselamatkan. Shatha Hanaysha, jurnalis Palestina yang meliput bersama Abu Akleh saat penembakan terjadi, mengatakan, insiden atau aksi penyerangan itu merupakan upaya sengaja pasukan Israel untuk membunuh para jurnalis. “Kami membuat diri kami terlihat oleh tentara yang ditempatkan ratusan meter dari kami. Kami tetap diam selama sekitar 10 menit untuk memastikan mereka tahu kami ada di sana sebagai jurnalis,” tulis Shatha Hanaysha dalam akun tentang insiden penembakan itu.