REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pertanian Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyebutkan sebanyak 4.221 ekor populasi ternak di Mataram berpotensi terserang virus penyakit mulut dan kuku (PMK).
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Kota Mataram Drh Dijan Riatmoko di Mataram, Jumat (13/5/2022), mengatakan sebanyak 4.221 populasi ternak tersebut merupakan data tahun 2021.
"Dengan rincian sapi 1.347 ekor, kerbau 4 ekor, kambing 1.555 ekor, babi 984 ekor dan kuda 331 ekor. Untuk populasi tahun 2022, baru bisa kita hitung akhir tahun," katanya.
Menurut dia, virus PMK ini sangat mudah menyerang ke ternak-ternak tersebut termasuk domba. Tapi di Mataram hingga kini tidak ada populasi domba. Sebagai langkah pencegahan jangka panjang, kata Dijan, pihaknya masih menunggu pengiriman stok vaksin PMK untuk dilakukan vaksinasi terhadap ternak-ternak milik masyarakat.
"Rencananya pemerintah akan menyiapkan vaksin virus PMK. Harapan kami, vaksin bisa kita terima dalam waktu dekat agar vaksinasi bisa segera dilaksanakan," katanya.
Ia mengakui, tingkat kematian ternak akibat virus PMK ini relatif rendah, tetapi penyebarannya sangat cepat sehingga kasusnya tinggi.
"Virus PMK ini menular pada hewan, tapi tidak ke manusia. Dagingnya tetap bisa dikonsumsi asalkan dengan dimasak lama, tidak dibakar," katanya.
Saat ini, Kota Mataram tidak mengizinkan pemotongan ternak yang dalam kondisi sakit meskipun dagingnya aman dikonsumsi. Tapi yang menjadi prioritas adalah kenyamanan konsumen mengkonsumsi daging dari ternak sehat.
"Jika ternak sakit dipotong, risikonya darah ternak akan mengucur dan mengalir sehingga penyakitnya menyebar ke ternak lain," katanya.
Terkait dengan itu, Dijan mengimbau pengusaha jangan membeli ternak sapi sakit dari mana saja. Termasuk daging sapi impor yang melewati wilayah Jawa Timur.
"Kalau pengiriman daging impornya dari Jakarta melalui Tanjung Priok langsung ke Lombok, Insya Allah masih aman. Yang penting tidak melalui daratan Jawa Timur," katanya lagi.