Sabtu 14 May 2022 05:27 WIB

Dirut RSPI: Demam Jadi Gejala Paling Banyak yang Dilaporkan dari Kasus Hepatitis Akut

Dari 18 kasus yang dilaporkan, sebanyak 72 persen bergejala demam tidak tinggi.

Red: Andri Saubani
Dokter Puskesmas Kecamatan Sawah Besar memberikan sosialisasi tentang penyakit hepatitis akut di Mangga Dua Selatan, Jumat (13/5/2022). Kegiatan sosialisasi tersebut dalam rangka mitigasi penularan penyakit hepatitis akut.
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Dokter Puskesmas Kecamatan Sawah Besar memberikan sosialisasi tentang penyakit hepatitis akut di Mangga Dua Selatan, Jumat (13/5/2022). Kegiatan sosialisasi tersebut dalam rangka mitigasi penularan penyakit hepatitis akut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Mohammad Syahril menyampaikan demam menjadi gejala yang paling banyak dilaporkan dalam kasus hepatitis akut di Indonesia. Syahril menyatakan, penyakit ini belum diketahui penyebabnya.

"Dari 18 kasus yang bergejala hepatitis akut, gejala demam tetapi tidak tinggi, sebanyak 72,2 persen," ujar Syahril dalam konferensi pers Update Perkembangan Kasus Hepatitis Akut di Indonesia secara daring diikuti di Jakarta, Jumat (13/5/2022).

Baca Juga

Kemudian, lanjut dia, diikuti gejala mual, muntah, hilang nafsu makan, diare akut, lemas lesu, nyeri bagian perut, perut kembung, nyeri otot dan sendi, kuning di mata, urine seperti warna teh, serta perubahan pada warna feses. "Sesak nafas tidak ditemui dalam kasus yang bergejala hepatitis akut," tuturnya.

Ia menambahkan dari 18 kasus yang bergejala hepatitis akut di Indonesia, terdapat satu kasus yang masuk dalam klasifikasi kemungkinan (probable) hepatitis akut. Sementara 17 kasus lainnya, lanjut dia, masih dalam pemeriksaan laboratorium (pending), dibuang (discarded), dan dalam verifikasi.

Syahril mengemukakan kasus masuk dalam klasifikasi discarded itu karena setelah dilakukan tes darah hasilnya positif terinfeksi hepatitis A, hepatitis B, tifoid dan demam berdarah. Ia juga menyampaikan dari 18 kasus itu terdapat tujuh kasus meninggal, namun belum probable karena belum ada diagnosisnya sebagai hepatitis akut.

"Kita tidak bisa mengatakan tujuh pasien meninggal karena hepatitis akut," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Syahril meminta masyarakat untuk waspada dan segera membawa anak atau anggota keluarga yang mengalami gejala hepatitis akut. "Dengan mengenali kasus lebih awal kita bisa lebih care ke anak, jangan sampai lebih berat. Bisa konsul ke dokter. Diduga penyebaran melalui saluran pernafasan maka pakai masker dan jaga jarak," katanya.

Di samping itu, lanjut dia, masyarakat juga diminta untuk rajin cuci tangan, memastikan makanan dan minuman dimasak hingga matang dan higienis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement