Sabtu 14 May 2022 07:35 WIB

Jokowi Serukan Hentikan Perang Ukraina pada KTT Khusus ASEAN-AS

Jokowi mengatakan, perang di Ukraina telah melemahkan multilateralisme.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Indira Rezkisari
Presiden Joko Widodo (keempat kanan) berbincang dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden (tengah) saat foto bersama dalam rangkaian KTT Khusus ASEAN-AS di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Jumat (13/5/2022). Pertemuan khusus tersebut dalam rangka memperkuat kemitraan ASEAN-AS.
Foto: ANTARA/HO/ Setpres/Laily Rachev
Presiden Joko Widodo (keempat kanan) berbincang dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden (tengah) saat foto bersama dalam rangkaian KTT Khusus ASEAN-AS di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Jumat (13/5/2022). Pertemuan khusus tersebut dalam rangka memperkuat kemitraan ASEAN-AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menyerukan untuk segera menghentikan perang di Ukraina. Pernyataan itu disampaikan Jokowi pada KTT Khusus ASEAN-AS yang digelar di Departemen Luar Negeri AS, Washington DC, Jumat (13/5) waktu AS.

Menurut Jokowi, perang di Ukraina telah menciptakan tragedi kemanusiaan dan memperburuk perekonomian dunia. Kenaikan harga pangan, energi, dan inflasi telah terjadi, sangat memperberat perekonomian dan memperlambat pencapaian SDGs di negara berkembang dan kurang berkembang.

Baca Juga

“Saat dunia seharusnya segera pulih dari pandemi Covid-19, dunia menghadapi masalah baru, perang di Ukraina. Saat dunia membutuhkan kerja sama dan kolaborasi, justru rivalitas dan konfrontasi makin menajam," kata Jokowi dikutip dari keterangan tertulis Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Sabtu (14/5).

Jokowi melanjutkan, perang di Ukraina telah melemahkan multilateralisme dan berpotensi memecah belah hubungan antarnegara. "Saat dunia membutuhkan multilateralisme yang makin kokoh justru unilateralisme yang makin mengemuka,” ujarnya.

Ia menegaskan, perang tidak akan menguntungkan siapa pun. Karenanya, Jokowi menilai saat ini dunia tidak memiliki pilihan lain kecuali menghentikan perang.

"Setiap negara, setiap pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menciptakan _enabling environment_ agar perang dapat dihentikan, perdamaian dapat terwujud,” kata Jokowi.

Jokowi menambahkan, pertumbuhan ekonomi juga memprihatinkan. IMF menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi di emerging and developing Asia sebesar 0,5 persen pada 2022 dan 0,2 persen pada 2023. Dan Bank Dunia menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi beberapa negara ASEAN hingga 1,2 persen.

“Bagi sebagian anggota ASEAN kenaikan 10 persen dari harga minyak akan berdampak menurunnya pendapatan nasional sebesar 0,7 persen dan kenaikan harga gandum akan mengakibatkan peningkatan kemiskinan sebesar 1 persen,” katanya.

Jokowi pun mengulangi pernyataannya yang telah disampaikan pada pertemuan dengan Kongres. Yakni lebih dari lima dekade, ASEAN terus membangun arsitektur keamanan yang inklusif, mengedepankan paradigma kolaborasi, mendorong habit of dialogue dan rules based order. "Spirit yang sama kami dorong di Indo-Pasifik melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific,” ujar Jokowi.

Dalam KTT Khusus yang dihadiri oleh Presiden Joe Biden dan juga pemimpin negara-negara ASEAN tersebut, Jokowi menyambut baik inisiatif Amerika melalui Indo Pacific Economic Framework (IPEF). Ia pun berharap kerja sama di bawah IPEF harus inklusif.

"Saya harapkan sinergi antara IPEF dengan pelaksanaan prioritas kerjasama di AOIP (ASEAN Outlook on the Indo-Pacific)," katanya

Saat Indonesia menjadi ketua ASEAN tahun depan, Jokowi juga menyampaikan rencananya melakukan Indo Pacific Infrastructure Forum. “Saya berharap partisipasi Amerika Serikat dalam forum tersebut,” kata Jokowi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement