Sabtu 14 May 2022 13:37 WIB

Kisah Fatmawati Menjahit Merah Putih Saat Hamil Tua

Fatmawati menjahit bendera merah putih dengan mesin jahit tangan.

Fatmawati disaksikan Bung Karno sungkem Jepara Abu mertua (Ibunda Soekarno).
Foto: Istimewa
Fatmawati disaksikan Bung Karno sungkem Jepara Abu mertua (Ibunda Soekarno).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Hari ini, tepatnya 42 tahun lalu, Indonesia kehilangan ibu negara pertamanya, Fatmawati. Istri presiden pertama RI, Sukarno ini, meninggal pada  14 Mei 1980. Fatmawati meninggal pada usia 57 tahun di Kuala Lumpur, Malaysia, karena serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh dari Makkah.

"Ibu Fatmawati selain menjadi kebanggaan keluarga kami, beliau juga adalah sosok kebanggaan masyarakat Bengkulu, dan kebanggaan bangsa Indonesia," kata Ketua DPR Puan Maharani, Sabtu (14/5/2022).  Cucu Fatmawati ini mengenang sosok neneknya, yang membanggakan.

Puan mengaku jika sosok Fatmawati sebagai sosok yang menginspirasi. Perjuangan Fatmawati yang mendukung Sukarno dalam memproklamirkan serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dinilai Puan tak hanya sekedar pengabdian istri kepada suami, namun juga seorang warga kepada negara dan bangsanya.

"Salah satu cerita yang paling menginspirasi dari Ibu Fatmawati adalah bagaimana ia turut menjahit bendera merah putih, yang dikibarkan saat proklamasi kemerdekaan," kata mantan Menko PMK ini dalam siaran persnya.

Puan mengisahkan, saat itu untuk mendapatkan bahan kain merah dan putih dalam ukuran sebesar bendera bukan lah hal yang mudah. Barang-barang eks impor semuanya berada di tangan Jepang.

Untuk mendapatkannya, Fatmawati meminta bantuan  Shimizu, orang yang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang sebagai perantara dalam perundingan Jepang-Indonesia. Shimizu lalu mengusahakannya lewat seorang pembesar Jepang, yang mengepalai gudang di Pintu Air di depan eks Bioskop Capitol.

Dengan susah payah Fatmawati akhirnya mendapatkan bahan kain itu dan menjahitnya. "Bendera itulah yang berkibar di Pegangsaan Timur saat proklamasi kemerdekaan Indonesia," kata Puan.

Kondisi fisik Fatmawati saat menjahit bendera itupun cukup rentan. Saat itu, Fatmawati sedang hamil tua, dan mendekati kelahiran putra sulungnya, Guntur Soekarnoputra.

Fatmawati menjahit bendera itu secara berangsur-angsur dengan mesin jahit Singer yang dijalankan hanya dengan tangan saja. Dokter melarang ia menggunakan kaki untuk menggerakkan mesin jahit.

Fatmawati tak berhenti menjahit bendera itu hingga rampung, karena meyakini Indonesia akan segera merdeka dalam waktu dekat.

"Bagi saya, Ibu Fatmawati adalah sosok yang mempunyai visi dan pandangan jauh ke depan. Atas jasa Beliau, kita bangsa Indonesia memiliki bendera pusaka merah putih yang dijahit dengan tangan Beliau sendiri dan dipersiapkan sebelum Indonesia merdeka," kata Puan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement