Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Alexander Arie

Betapa Tricky-nya Final Thomas Cup 2022

Olahraga | Saturday, 14 May 2022, 12:23 WIB

Indonesia lolos ke final Piala Thomas 2022. Sukses masuk final di 2 kesempatan beruntun adalah pencapaian luar biasa dan keberhasilan tim memanfaatkan momentum yang belum bisa diperoleh oleh negara kuat seperti China yang masih gelagapan dengan tunggal putra dan Jepang yang kehilangan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda dan Hiroyuki Endo.

Lawan yang akan dihadapi adalah India. Dibilang mengejutkan sih boleh saja, tetapi India justru punya kekuatan yang sangat merata terutama di nomor tunggal putra. Hal ini yang kemudian menjadi kunci sukses India di fase sebelum final.

Sebagai gambaran, dalam perebutan juara grup C India memang kalah 3-2 sehingga jadi runner-up grup. Akan tetapi 2 angka itu berasal dari tunggal putra yakni Srikanth Kidambi di MS2 dan HS Prannoy di MS3. Dua nama itu juga yang menjadi kunci sukses kemenangan India atas Malaysia di perempat final.

toisports" />
Sumber: toisports

Yah, boleh dibilang sih ada strategi yang aneh dari Malaysia yang berkontribusi pada kekalahan ini. Terlepas dari apa sebab aslinya, tetapi keputusan menurunkan Goh Sze Fei/Nur Izzudin melawan ChiRank jelas merupakan pertanyaan karena H2H mereka dimenangkan ChiRank. Padahal kalau dilihat, H2H Ong Yew Sin/Teo Ee Yi dengan ChiRank menang 3-2 dan Aaron Chia/Soh Wooi Yik malah 4-0.

Entahlah.

Yang jelas, India kemudian melalui ke semi final untuk ketemu Denmark. Lagi-lagi 3 poin diperoleh India dari ChiRank, Kidambi, dan Prannoy. Jadi sudah jelas sekali bahwa India memang sangat berstrategi untuk mengoptimalkan tiga nomor ini. Yah, terlepas dari penampilan Anders Antonsen yang cukup ngablu di turnamen ini serta pilihan untuk menurunkan Rasmus Gemke alih-alih Hans-Kristian Vittinghus, kemenangan Viktor Axelsen di MS1 atas Sen menjadi sia-sia.

Nah, lantas bagaimana peluang di final nanti?

Pada MD2 mungkin akan ada nama Krishna Prasad Garaga/Vishnuvardhan Goud Panjala. Duet ini selalu kalah di babak knock out Thomas Cup 2022. Keduanya hanya main sekali pada Thomas Cup 2020 yang digelar tahun lalu dengan kemenangan atas Tahiti. Dan di babak penyisihan kali ini pun mereka juga turun sekali yakni melawan Kanada.

Rekor keduanya melawan MD Indonesia sangat minim. Yang terkini, di Korea Open 2022 Pramudya Kusumawardana dan Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan alias PraYer menang nyaman atas keduanya. Jadi, seharusnya nih siapapun yang turun di MD2, itu jadi milik Indonesia.

Kita pindah ke MD1. Bagaimana ChiRank bisa dilawan?

Yang jelas, kalau ketemu Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri mereka rekornya 1-0 dan BaKri dikalahkan selepas mereka menang All England 2022. Jika melawan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, ChiRank masih kalah 2-3, tapi terakhir ketemu, ChiRank menang.

Kalau lagi final dan pasti ketemu ChiRank, sudah pasti kita auto kangen Koh Sinyo. Bukan apa-apa, ChiRank ini menurut catatan benar-benar inferior di bawah Minions. Mereka ketemu 11 kali dengan skor 11-0 dan untuk memperlihatkan bahwa kondisinya benar-benar bumi-langit adalah dari 11 game itu, 10 diantaranya dimenangkan Minions dengan 2 game langsung alias dari 11 laga, ChiRank cuma dikasih 1 game doang. Ganas.

Nah kalau kemudian yang akan tampil adalah duo KeBab, Ahsan/Kevin ada catatan agak buram karena ChiRank pernah menang dari KeBab di penyisihan BATC 2018. Yah, kekalahan itu tidak mengganggu apapun karena kemudian Indonesia menang 3-1 dari China di final. Dengan FajRi, skornya masih unggul Indonesia. Tetapi, pertemuan terakhir itu Januari 2019 alias sudah cukup berbeda kondisinya. Bagi saya, dengan 2 penampilan heroik di babak knock out, mestinya duet KeBab tetap jadi pilihan utama.

Analisisnya menjadi agak seru di nomor MS. Ingat bahwa kemarin Jepang bela-belain merelakan WR14, Kanta Tsuneyama agar bisa memperoleh poin dari Jonatan Christie. H2H Jojo-Kanta adalah 4-0 sehingga merelakan Kanta dan menggantikannya dengan Kenta Nishimoto yang skornya lebih imbang berbuah manis. Jadi, mari kita mulai dari MS2.

Normalnya di posisi ini adalah jatahnya Kidambi versus Jojo. Tahun ini Jojo dan Kidambi sudah ketemu 2 kali dan keduanya dimenangkan Jojo yakni di Swiss Open dan Korea Open. Total jenderal skor mereka adalah 5-4 untuk Jojo. Menariknya, kalau dibuat alternatif lain justru lebih mencengangkan. Faktanya, Kidambi tidak pernah menang melawan Shesar Hiren Rhustavito dengan skor 4-0 untuk Mas Vito. Salah satu laganya kebetulan saya nonton sendiri di Istora. Jika kemudian dinaikkan, Kidambi ke MS1 dan harus ketemu Ginting, skornya masih 3-2 untuk Ginting dengan pertemuan terakhir di All England kemain dimenangkan oleh Ginting.

Adapun bintang baru era pandemi dari India adalah Lakshya Sen, peringkat 9 dunia yang tentunya akan jadi MS1. Ginting sendiri baru sekali ketemu Sen di Jerman dan kalah dengan skor Afrika 21-7 21-9. Nah, hal ini pasti jadi pertimbangan tersendiri bagi tim pelatih. Cuma memang Ginting di Jerman jelas beda dengan Ginting pada laga lawan Zhao Junpeng dan Kento Momota kemarin.

Kalau kemudian Jojo diangkut ke atas jadi MS1, skornya juga 1-0 untuk Sen. Kemenangan diraih di BATC 2020. BL pasti tahu bahwa Jojo saat ini ngablu minta ampun memang. Indonesia kala itu juara BATC dan Jojo juga kalah di partai final. Kala ini, India mengandalkan MS pelapis karena Kidambi, Prannoy serta duo Verma tidak turut serta. Sama seperti Kidambi, justru Vito yang punya catatan menarik untuk Sen karena skornya justru 1-0 untuk Mas Vito hasil kemenangan di Korea Open bulan lalu.

Melihat kondisi bahwa stok MS tersisa tinggal Priyanshu Rajawat, peringkat 85, maka hampir pasti urutannya akan tetap Sen, Kidambi, dan Prannoy. Faktor Prannoy ini juga krusial karena dia adalah penentu kemenangan dalam 2 kesempatan sehingga India bisa sampai final.

Beda dengan skor gemilangnya versus Sen dan Kidambi, Vito justru rekornya belum pernah menang dari Prannoy. Menariknya, rentang pertemuan mereka benar-benar jauh. Pertemuan pertama terjadi di India Grand Prix 2010 lalu pertemuan kedua terjadi 7 tahun kemudian dan Vito juga kalah di New Zealand. Jadi keren ya.. Pertemuan pertama 2010, kedua 2017, ketiga 2022.

Saya sebut tricky, karena India main dengan 3 MS yang setara. Kalau ingat juga pada Uber Cup beberapa tahun lalu, kebetulan India punya 2 WS jawara dalam diri Sania Nehwal dan Pusarla V. Sindhu. Dengan nekat mereka duetkan Nehwal/Sindhu sehingga bisa terlempar ke pertandingan kelima dan Nehwal serta Sindhu main di pertandingan 1 dan 2. India menang 3-0 kala itu dari Indonesia berkat kemenangan penentu di WD1. Cuma saya sih merasa bahwa kali ini nggak akan seekstrim itu karena toh Kidambi dan Jojo berimbang, bukan yang terlalu superior. Jadi prediksi saya sih line up akan masih sama dengan SF baik di India maupun Indonesia.

Selamat berjuang!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image