REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada banyak hal terjadi setelah non-fungible token (NFT) hadir di dunia digital. Contohnya, selebriti Paris Hilton dan pemain skateboard profesional Amerika Tony Hawk bergabung di dunia seni kripto ini.
Kemudian juga orang membeli monyet kartun dan gambar berpiksel dengan harga tinggi. Tentu saja ada banyak hype seputar NFT dan orang-orang mempertanyakan mengapa orang lain begitu terobsesi dengan apa yang tampaknya hanya dile JPEG. Tapi NFT sebenarnya lebih dari itu.
CEO dan Founding Partner dari Yeti LLC, Tony Scherba menulis saat membeli NFT, orang membeli karya seni-JPEG- tetapi, yang lebih penting, mereka membeli token sebagai sertifikat keaslian. On-chain membuat pembeli dapat melacak kembali semua pemilik NFT-nya hingga penciptanya.
Jika masih kesulitan memahami konsepnya, NFT pada dasarnya adalah representasi digital dari satu-satunya. Konsep untuk dapat memiliki sesuatu secara digital bukanlah lompatan yang besar, mengingat uang dan saham yang mungkin Anda miliki sebagian besar diwakili secara digital pada saat ini. Contoh lainnya, catatan ijazah dan sertifikat Anda disimpan di database di suatu tempat.
NFT membawa konsep kepemilikan lebih online dan membuat kepemilikan itu lebih mudah diakses dan transparan daripada sebelumnya. Ini tidak lagi di database seseorang; itu “on-chain”. Jika melihat tren, kepemilikan menjadi lebih dikelola secara digital tidak dapat dihindari dan memiliki utilitas nyata.
Meskipun mudah untuk mengabaikan monyet/kucing/penguin kartun, konsep dan teknologi yang mereka mainkan akan memiliki dampak dan kegunaan yang besar. Teknologi terobosan bisanya diadopsi oleh para gamer terlebih dahulu, dan ini tidak terkecuali.