Senin 16 May 2022 00:49 WIB

Ada Berapa Jumlah Data yang Ada di Internet Saat Ini?

Era digital telah menciptakan lonjakan jumlah data yang signifikan.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Setyanavidita Livikacansera/ Red: Dwi Murdaningsih
Layanan internet (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Layanan internet (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Era digital telah menciptakan lonjakan jumlah data yang signifikan. Istilah big data pun menjadi hal yang makin sering terdengar.

Dikutip dari Cloverdx.com, Senin (11/4), pada 2020, setiap pengguna internet di dunia ratarata menciptakan 1,7 megabyte data digital setiap detiknya. Data yang dimiliki laman Statista juga menunjukkan, hingga 2021, sudah ada 74 zettabyte data yang saat ini ada di dunia maya. Zettabyte adalah angka yang menunjukkan satu miliar terabytes.

Baca Juga

Menurut country manager salah satu perusahaan komputasi awan, Nutanix, Fetra Syahbana, ledakan data yang signifikan tersebut dipicu oleh transformasi digital yang harus dijalani setiap perusahaan. Dia melanjutkan, transformasi digital kian terakselerasi lagi selama pandemi Covid19 dua tahun terakhir ini.

"Mau tidak mau, akhirnya proses pengambilan keputusan sebuah perusahaan akan menjadi lebih banyak bertumpu pada data driven," ujar Fetra dalam acara Selular Congress 2022 "Managing Big Data to Accelerate Digital Ecosystem, akhir Maret lalu.

Saat ini, data dengan volume yang sangat besar tercipta di jagat maya. Country Manager Nutanix, Fetra Syahbana, mengategorikan data ke dalam tiga tipe, yakni data terstruktur, data tidak terstruktur, dan data semiterstruktur.

Ia mengungkapkan, data terstruktur merupakan data yang memang terorganisasi dengan baik. Biasanya, data tersebut terkait dengan data pengenalan awal, misalnya sebuah bank memiliki data nama, alamat, nomor telepon, dan nomor kartu pelanggannya.

Data terstruktur biasanya diolah menggunakan alat (tools) bawaan dan alat intelijen bisnis. Menurut Fetra, rasanya tidak terlalu sulit mengolah data terstruktur karena semuanya sudah dalam format yang sudah baku.

Kemudian, data yang tidak terstruktur. Data dalam kategori ini contohnya bagaimana orang mengunggah gambar, video, dikombinasikan dengan tagging di media sosial, baik itu di Facebook, Twitter, dan lain sebagainya.

Pada umumnya, pengolahan data tidak terstruktur tidak semudah mengolah data terstruktur. Data tidak terstruktur biasanya diolah dengan beberapa alat yang berbeda. Tools tersebut membuat data tidak terstruktur menjadi satu kesatuan dan memberikan informasi yang terintegrasi.

Terakhir, data semi terstruktur. Fetra mengambil contoh surat elektronik (surel). Di dalam surel biasanya terdapat header, penerima, konten, dan lain sebagainya. Kemudian, konten surel itu sendiri bisa berupa teks, gambar, video, dan lain-lain.

"Kalau dilihat dari tiga tipe perbedaan data seperti ini, pada umumnya kalau kita gabung semuanya, kisaran 90 persen dari korporat itu strukturnya adalah data tidak terstruktur," ujar Fetra.

Menurut dia, tren data ke depan akan bergerak ke arah dominasi data tidak terstruktur. "Tantangannya adalah bagaimana kita akan mengolah data-data yang sifatnya tidak terstruktur ini menjadi informasi yang bermanfaat dan berguna untuk keputusan bisnis," kata dia.

Mengingat, saat ini, mau tidak mau, setiap proses pengambilan keputusan yang terkait dengan bisnis akan berbasiskan data. Tentu saja basis data tersebut adalah yang berkualitas, dimungkinkan dari data yang akurat dan real time. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement