REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kementerian Intelijen Iran telah memblokir lebih dari 9.000 rekening bank pada Sabtu (14/5/2022). Pemblokiran itu atas investigasi aktivitas mata uang asing dan mata uang kripto yang mencurigakan serta ilegal.
Menurut Kementerian Intelijen Iran, operasi pengawasan yang berfokus pada jaringan broker mata uang asing ilegal dan transaksi tersembunyi dan mencurigakan. "Sebagai bagian dari rencana untuk melawan perdagangan mata uang asing ilegal, 9.219 rekening bank, dengan transaksi lebih dari 600.000 miliar riyal, diblokir di seluruh negeri,” katanya.
Langkah tersebut merupakan bagian dari rencana baru-baru ini untuk memerangi transaksi mata uang asing yang tidak sah. Tindakan tersebut diadakan berkoordinasi dengan bank sentral.
Iran saat ini berada dalam ketegangan atas kenaikan harga beberapa barang penting setelah keputusan pemerintah untuk menghilangkan subsidi yang dialokasikan untuk produk berbasis gandum yang diimpor. Pemerintah mengatakan keputusan itu bertujuan untuk mengatur distribusi subsidi yang adil di antara rakyat dan memerangi penyelundupan yang meningkat dari barang-barang penting.
Kementerian Intelijen Iran meyakinkan publik bahwa akan mengejar mereka yang berada di balik ketegangan di pasar mata uang asing negara itu. Mereka melawan perdagangan barang-barang kebutuhan pokok sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendistribusikan subsidi secara adil.