Kerja Keras Ardian Hafidz Annafi Berhasil Diterima di 7 Kampus Top Dunia
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Ardian Hafidz Annafi (18), siswa kelas SMA Pradita Dirgantara, Boyolali, Jawa Tengah yang baru- baru ini dinyatakan lolos seleksi studi di tujuh universitas papan atas dunia pemeringkatan QS World University Rankings (WUR) 2022. | Foto: Dok Pribadi
REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Melanjutkan pendidikan jenjang perguruan tinggi di kampus riset top dunia, tentu menjadi keinginan banyak siswa, terlebih lagi para siswa dari Indonesia. Sayangnya, untuk mendapatkan kesempatan itu bukan pesoalan yang mudah, baik dari kemampuan akademik maupun finansial.
Namun salah seorang siswa kelas 12 SMA Pradita Dirgantra, Boyolali, Jawa Tengah, Ardian Hafidz Annafi (18) telah membuktikan, kerja keras dan semangat belajar yang tinggi mampu membawanya belajar dan mengambil studi di Bachelor of Science di University of British Columbia (UBC) Kanada, terhitung mulai Agustus 2022 nanti.
UBC merupakan universitas riset peringkat 46 dunia, pemeringkatan Quacquarelli Symonds (QS) World University Rankings (WUR). Yang membanggakan, Hafidz merupakan siswa yang berangkat bukan dari keluarga berada, namun dari keluarga yang sederhana.
Karena sang ayah hanya berprofesi sebagai pekerja bangunan, sementara sang ibu hanya membuka usaha laundry (binatu) di rumahnya, di lingkungan RT 04/ RW 02 Desa Nepen, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Sebelumnya, namanya tercatat lolos seleksi di tujuh universitas riset terkemuka dunia dan merupakan jajaran kampus top dunia, yang menempati peringkat top 100 maupun top 200 pemeringkatan QS WUR.
Masing-masing Universitas of Toronto, Kanada; UBC Kanada; The University of Western Australia; Wegeningen University Belanda: University of Otago Selandia Baru; Curtin University Australia, dan Victoria University of Wellington Selandia Baru.
Di lingkungan sekolahnya SMA Pradita Dirgantara ia bukanlah sosok siswa dengan kemampuan akademik serta kecerdasan yang cukup menonjol, dibandingkan dengan siswa-siswa lainnya.
Karena SMA Pradita Dirgantara, Boyolali, selama ini memang sudah memilili ‘label’ sekolah unggulan atau sekolahnya anak-anak pintar, dengan kemampuan akademik yang berada di atas rata-rata.
Sehingga, selama belajar di lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Yayasan Ardhya Garini ini juga bukan termasuk dalam siswa yang selalu menghuni top rangking, pada setiap tahapan evaluasi belajar.
“Bahkan dari para siswa se-angkatan, peringkat nilai akademik saya juga tidak tidak terlalu tinggi atau masih berada di luar peringkat 10 besar,” jelasnya, saat dikonfirmasi Republika.co.id, Ahad (15/5/2022).
Kendati begitu, lolos pada seleksi penerimaan di tujuh universitas terkemuka di dunia juga bukan lantaran keberuntungan. Namun buah dari kemauan serta kerja kerasnya untuk memberikan sebuah kebanggaan kepada kedua orang tuanya.
Putra sulung dari pasangan Mardiyono-Yuni Puji Astuti ini mengaku, salah satunya adalah ketertarikannya pada pengetahuan tentang ilmu geologi yang kemudian disalurkannya melalui ekstra kulikuler Kompetisi Sains Nasional (KSN) Ilmu Kebumian di sekolahnya.
Menurutnya, ekstra kulikuler ini menjadi pilihannya karena memang salah satu bidang KSN yang cukup prestisius. Ketekunan, kerja keras, dan ketertarikannya tersebut sempat membawanya menyabet medali perunggu pada KSN Ilmu Kebumian pada 2021 lalu.
Tak pelak, prestasi yang diraihnya dari ajang KSN tersebut, membuat semangatnya kian terlecut. Gayung pun bersambut, ketika ekosistem di sekolahnya juga mendukung kecintaannya terhadap ilmu tentang kebumian dan geologi tersebut.
Hingga selanjutnya sampai pada tahap pendaftaran seleksi peguruan tinggi di luar negeri, yang kesempatannya memang dibuka seluas-luasnya, kepada para siswa kelas 12 di SMA Pradita Nusantara.
Selain mendukung, ekosistem di sekolahnya juga sangat membantu dalam mengarahkan dan memberikan sejumlah pertimbangan, terutama kepada para siswa yang memang memiliki minat khusus untuk belajar di luar negeri.
Tak haya itu, sekolah juga memberikan dukungan kepada para siswa yang sudah mendaftar di perguruan tinggi di luar negeri dan diterima untuk mendapatkan beasiswa selama belajar di luar negeri.
“Seperti saya, yang akhirnya bisa mendapatkan fasilitas penuh program Beasiswa Indonesia Maju (BIM), Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (kemendikbudristek),” jelas alumni SDN Nepen 02 dan SMPN 1 Boyolali ini.
Beri motivasi
Hafidz mengaku, salah satu orang yang cukup berperan dalam memotivasi, mengarahkan, maupun dalam mendukung pencapaiannya adalah Marinda Noor Eva SPd MSc atau sosok yang selama ini menjadi guru pembimbingnya di SMA Pradita Dirgantara.
Karena dari guru inilah ia diperkenalkan pada KSN Ilmu Kebumian, memberikan wawasan sekaligus juga masukan serta pertimbangan hingga ia mampu berprestasi dan berada pada capaian saat ini.
Termasuk dukungan hingga akhirya lebih mantap untuk memilih UBC Kanada untuk melanjutkan studi pendidikan tingginya.
Secara pribadi, Hafidz juga mengakui, alasan memilih UBC karena memiliki Jurusan Geologi yang lebih baik di antara ke-tujuh universitas riset yang dipilihnya tersebut. Khususnya riset di bidang mineralogi yang memang telah membuatnya tertarik untuk menekuni ilmu geologi kebumian.
Terkait dengan capaian belajar yang telah diperolehnya, Hafidz juga ingin memberikan motivasi kepada sesama siswa, baik di SMA Pradita Dirgantara maupun siswa lain di Tanah Air pada umumnya, untuk tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan.
Menurutnya, setiap siswa penting memiliki visi ke depan apa yang harus dilakukan untuk pendidikannya. “Belajar dan terus berusaha sudah menjadi kewajiban setiap siswa, namun manfaatkan setiap kesempatan yang ada juga penting untuk masa depan,” jelasnya.