REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran sedang mempertimbangkan kemungkinan mengekspor gas ke Eropa. Pertimbangan ini muncul karena melonjaknya harga energi, akibat perang Rusia-Ukraina.
"Iran sedang mempelajari subjek ini tetapi kami belum mencapai kesimpulan. Iran selalu mengejar pengembangan diplomasi energi dan perluasan pasar,” kata Wakil Menteri Perminyakan Majid Chegeni seperti dikutip oleh kantor berita resmi kementerian, Shana, Senin (16/5/2022).
Iran memiliki salah satu cadangan gas terbesar di dunia. Namun industri Iran telah terkena sanksi Amerika Serikat (AS). Sanksi itu diterapkan pada 2018 ketika Washington menarik diri dari kesepakatan nuklir penting antara Teheran dan kekuatan dunia, atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Invasi Rusia ke Ukraina pada Februari membuat harga minyak dan gas global melonjak. Sebagian besar negara Eropa bergantung pada impor energi dari Rusia.
Situasi memburuk ketika Kiev mengatakan, Rusia telah menghentikan pasokan gas melalui pusat transit utama di timur Ukraina. Hal ini memicu kekhawatiran invasi Moskow dapat memperburuk krisis energi di Eropa.
Tahun lalu, Uni Eropa menerima sekitar 155 miliar meter kubik gas Rusia, atau menyumbang 45 persen dari impornya. Chegeni mengkonfirmasi bahwa, Teheran dan Baghdad telah menandatangani nota kesepahaman beberapa minggu lalu untuk meningkatkan ekspor gas ke Irak.
“Ekspor gas dari Iran meningkat dan dalam nota ini disebutkan bahwa utang Irak sebesar 1,6 miliar dolar AS ke Iran akan dibayar pada akhir Mei,” tambah Chegeni.
Meskipun cadangan gas Iran cukup besar, investasinya cukup buruk karena perang selama beberapa dekade. Sanksi telah membuat Irak bergantung pada impor dari negara tetangga untuk memenuhi sepertiga dari kebutuhan gas di dalam negeri.
Sanksi AS terhadap minyak dan gas Iran, telah memperumit pembayaran impor gas Irak dari Teheran. Baghdad menggunakan metode pembayaran yang rumit untuk mematuhi pengecualian sanksi AS terhadap Iran. Irak tidak dibolehkan untuk menyerahkan uang tunai ke Iran. Pembayaran menggunakan dana untuk impor makanan dan obat-obatan.