Harga Sapi di Banyumas Jelang Idul Adha Diprediksi Melonjak, Imbas PMK
Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Pemeriksaan PMK pada sapi di Pasar Hewan Ajibarang, Kab. Banyumas. | Foto: Republika/Idealisa masyrafina
REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Harga sapi di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dipastikan akan melonjak jelang Idul Adha akibat dari wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Penyebabnya, pasokan sapi terbatas akibat kebijakan karantina sapi asal Jawa Timur.
Menurut pemilik Dedy Jaya Farm di Kembaran, Kabupaten Banyumas, Dedi Budi, harga sapi umumnya memang akan naik menjelang Idul Adha. Akan tetapi, wabah yang menekan pasokan ini akan semakin melambungkan harga sapi.
"Kemungkinan di sini kekurangan sapi, dan harganya pasti naik karena di pasar harganya melambung tinggi," ujar Dedi saat dihubungi Senin (16/5/2022).
Ia mengungkapkan, selama ini kebutuhan pasokan sapi di Banyumas, dan sekitarnya lebih dari 50 persennya berasal dari Madura dan Bali. Ketergantungan akan sapi dari wilayah tersebut membuat pedagang kesulitan saat ini.
Sebagai contoh, kandang miliknya yang memiliki kuota 250 ekor sapi saat ini hanya terisi 60 ekor sapi lokal. Padahal biasanya, kandang pedagang sapi sudah penuh sekitar H+5 Lebaran.
"Ini gara-gara kasus seperti ini karantina ditutup, nggak dapat surat keterangan kesehatan hewan (SKKH). Sapinya nggak bisa jalan dan harus balik ke kandang," ujarnya.
Menurut Dedi, lonjakan harga sapi telah terjadi sejak sebulan sebelum Lebaran akibat kenaikan harga pakan dan konsentrat. Kenaikan harganya bisa mencapai Rp 500 juta hingga Rp 1 juta per pasaran.
Harga sapi tahun ini diprediksi minimal Rp 22 juta per ekor akibat semia faktor, termasuk wabah PMK. "Semua dikalkulasi naik dan bikin kita dilema. Karena kan panitia kurban anggarannya segitu-gitu aja, biasanya Rp 20 juta. Ini kenaikan harganya memang agak gak wajar," kata Dedi.
Sebelumnya Kabupaten Banyumas menemukan tiga ekor sapi perah terindikasi PMK di Pasar Hewan Ajibarang. Saat ini sampel darah ketiga sapi tersebut tengah diteliti di laboratorium Balai Besar Veteriner Wates, Yogyakarta. Sedangkan sapinya disembelih dan dagingnya masih dalam kategori aman untuk dikonsumsi.