REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk belajar adab terlebih dahulu baru menuntut ilmu. Adab dulu baru ilmu, itulah yang seharusnya dilakukan oleh para penuntut ilmu. Pentingnya adab ini banyak diajarkan dalam buku berjudul “Adab di Atas Ilmu.”
Buku ini diterjemahkan dari kitab Adab al-Alim wa al-Muta’allim wa Adab al-Mufti wa al-Mustafti yang ditulis oleh Imam Nawawi, seorang ulama besar Mazhab Syafi’i.
Dalam bab ketiga buku ini, Imam Nawawi membahas tentang etika atau adab seorang guru atau Muallim, baik dalam belajar maupun mengajar.
Pertama, menurut dia, ketika belajar seorang guru harus menjadikan ridha Allah SWT sebagai tujuan belajarnya. Ia tidak boleh berniat mencari kesenangan duniawi. Misalnya, memeperkaya diri atau ingin dikenal.
Kedua, seorang guru harus senantiasa berperilaku baik. Artinya, segala tindak-tanduknya harus sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama. Menurut Imam Nawawi, seorang guru juga harus hidup sederhana sehingga bisa menguasai dirinya agar tidak teperdaya dengan dunia.
Dalam buku ini, setidaknya Imam Nawawi mengungkapkan tujuh adab yang harus dimiliki seorang guru dalam belajar dan ada sekitar 33 adab yang harus dimiliki seorang guru dalam mengajar. Di antaranya, seorang guru atau orang berilmu hendaknya tidak malu berkata jujur ketika ia ditanya tentang hal yang ia belum ketahui jawabannya.
Sedangkan adab seorang murid atau muta’allim dijelaskan Imam Nawawi dalam bab selanjutnya. Di antara penjelasannya, Imam Nawawi menukil pernyataan Imam Malik yang menyatakan, “Seseorang tidak akan benar-benar dapat menguasai suatu ilmu sampai ia merasakan hidup dalam kesusahan.”
Baca juga: Keutamaan Membaca Surah Al-Kahfi pada Hari Jumat
Pada bab kelima, Imam Nawawi kemudian mengupas tentang etika bersama antara guru dan murid. Di antaranya, menurut dia, guru dan murid tidak boleh melupakan tugas dan kewajibannya masing-masing. Guru ataupun murid tidak diperkenankan untuk menanyakan hal-hal yang menyusahkan atau membuat bingung dengan tujuan untuk merendahkan.
Sebab, menurut Imam Nawawi, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan tujuan-tujuan tersebut tidak layak untuk dijawab. Dalam sebuah hadits telah disebutkan bahwa Rasulullah SAW melarang menanyakan masalah-masalah yang tidak ada manfaatnya.