Senin 16 May 2022 20:51 WIB

Hormati Perayaan Waisak, Sri Lanka Cabut Jam Malam  

Sri Lanka berlakukan jam malam menyusul unjuk rasa di sejumlah daerah

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Pengunjuk rasa anti-pemerintah Sri Lanka berkumpul di lokasi protes yang sedang berlangsung sehari setelah diserang oleh pendukung pemerintah di Kolombo, Sri Lanka, Selasa, 10 Mei 2022.
Foto: AP/Eranga Jayawardena
Pengunjuk rasa anti-pemerintah Sri Lanka berkumpul di lokasi protes yang sedang berlangsung sehari setelah diserang oleh pendukung pemerintah di Kolombo, Sri Lanka, Selasa, 10 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO — Pihak berwenang Sri Lanka pada Ahad (15/5/2022) sepenuhnya telah mencabut aturan jam malam nasional jelang perayaan hari raya Waisak bagi umat Buddha. Hari raya waisak merupakan acara keagamaan terpenting dalam kalender Sri Lanka. 

Sri langka telah memberlakukan jam malam sejak 9 Mei lalu setelah protes damai berubah menjadi kekerasan, menewaskan sedikitnya sembilan orang dan melukai ratusan lainnya. 

Baca Juga

Kekerasan itu diikuti dengan pengunduran diri Mahinda Rajapaksa dari jabatan perdana menteri, meninggalkan saudaranya, Gotabaya Rajapaksa, untuk memerintah sebagai presiden. 

Selama lebih dari sebulan, pengunjuk rasa memadati jalan-jalan menuntut pengunduran diri presiden, karena negara berpenduduk 22 juta itu menderita kekurangan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan, bersama dengan rekor inflasi dan pemadaman listrik yang berkepanjangan.   

Dengan pencabutan jam malam ini, memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk merayakannya saat negara itu melewati krisis ekonomi dan politiknya. Namun tidak ada pemberitahuan lanjut apakah pencabutan jam malam ini bersifat sementara atau selamanya. 

Bangunan-bangunan di seluruh negara mayoritas Buddha mengibarkan bendera Buddha berwarna-warni pada hari Ahad, sementara penduduk mengunjungi kuil-kuil dengan pakaian serba putih untuk merayakan hari yang memperingati kelahiran, pencerahan, dan kematian Buddha. Selama hari Raya Waisak ini, warga Sri Lanka juga bisa menikmati hari tanpa pemadaman listrik.

“Waisak ini, kita dapat melihat pusat-pusat sedekah tradisional, pandal (panggung bambu), lentera Waisak dan iluminasi lampu minyak yang akan meningkatkan moral spiritual masyarakat,”  kata wakil kepala Kuil Walukarama di Kolombo, Pdt. Udawela Kolitha Thera dilansir dari Arab News, Senin (16/5/2022). 

Sri Lanka tidak dapat merayakan Waisak dengan baik dalam beberapa tahun terakhir karena pandemi. Lalu pada 2019, serangan Minggu Paskah, yang juga mengurangi perayaan. 

Meskipun acara yang direncanakan untuk tahun ini telah diperkecil karena ketidakstabilan politik dan krisis ekonomi yang semakin dalam, para jamaah masih menyambut kesempatan untuk istirahat.  

“Kami sangat bersemangat untuk merayakan Waisak tahun ini dengan lebih antusias,” kata Kelum Bandara yang berbasis di Kolombo, yang bekerja di sebuah penerbit terkemuka di ibu kota. 

“Kami akan merayakannya dalam bentuk sederhana karena krisis ekonomi saat ini dan protes yang sedang berlangsung terhadap pemerintah,” tambahnya. 

“Sri Lanka diselimuti semangat spiritual ketika negara kepulauan itu merayakan Waisak lagi,” kata jurnalis yang berbasis di Kolombo, Chaminda Perera. 

Perdana Menteri yang baru diangkat Ranil Wickremesinghe, yang menjadi perdana menteri lima kali sebelumnya dan tidak pernah menyelesaikan masa jabatan penuh, membuat penunjukan Kabinet pertamanya pada Sabtu (14/5/2022). 

Penunjukan baru telah gagal untuk menenangkan pengunjuk rasa Sri Lanka yang menginginkan Rajapaksa, dinasti politik paling berpengaruh di negara itu, dihapus dari politik negara.   

Keluarga yang berkuasa menghadapi tuduhan korupsi dan kesalahan penanganan ekonomi, saat Sri Lanka menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan pada 1948. 

Partai-partai oposisi telah menolak untuk bergabung dengan pemerintahan baru kecuali presiden mengundurkan diri terlebih dahulu. 

 

Sumber: arabnews 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement