Selasa 17 May 2022 08:24 WIB

Bahan Bakar di Sri Lanka Habis Total

Sri Lanka hanya memiliki stok bensin untuk satu hari.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
Warga Sri Lanka membawa jeriken kosong untuk diisi BBM. Kendaraan terdampar dengan tangki kosong, pemadaman listrik merampas waktu belajar siswa untuk ujian dan AC pusat perbelanjaan dimatikan untuk menghemat energi.
Foto: AP Photo/Eranga Jayawardena
Warga Sri Lanka membawa jeriken kosong untuk diisi BBM. Kendaraan terdampar dengan tangki kosong, pemadaman listrik merampas waktu belajar siswa untuk ujian dan AC pusat perbelanjaan dimatikan untuk menghemat energi.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, pada Senin (16/5/2022) mengatakan, pasokan bahan bakar di negara itu telah habis. Wickremesinghe, mengatakan, Sri Lanka sangat membutuhkan dana sebesar 75 juta dolar AS dalam valuta asing untuk membayar impor penting.  

"Saat ini, kami hanya memiliki stok bensin untuk satu hari. Beberapa bulan ke depan akan menjadi yang paling sulit dalam hidup kami. Kami harus mempersiapkan diri untuk membuat beberapa pengorbanan dan menghadapi tantangan periode ini," ujar Wickremesinghe.

 

Wickremesinghe mengatakan, dua pengiriman bensin dan dua solar yang menggunakan jalur kredit India dapat memberikan bantuan dalam beberapa hari ke depan. Selain itu, Sri Lanka juga menghadapi kekurangan 14 obat-obatan esensial.  

 

Di Kolombo, antrean panjang becak motor terjadi di pom bensin. Mereka sudah lama memunggu untuk mendapatka  bahan bakar, tapi sia-sia.  

"Saya sudah mengantri lebih dari enam jam. Kami menghabiskan hampir enam sampai tujuh jam di antrean hanya untuk mendapatkan bensin," ujar salah satu pengemudi, Mohammad Ali.  

 

Pengemudi lain, Mohammad Naushad telah mengantri sejak pukul 07.00 pagi namun tak kunjung mendapatkan bensin. Dia mengatakan pom bensin telag kehabisan bahan bakar. "Kami sudah di sini sejak 7-8 pagi dan masih belum jelas apakah mereka akan memiliki bahan bakar atau tidak," kata Naushad.

 

"Kapan itu datang, tidak ada yang tahu. Apakah ada gunanya kami menunggu di sini, kami juga tidak tahu," ujar Naushad menambahkan.

 

Sri Lanka mengalami krisis akibat pandemi Covid-19, kenaikan harga minyak dan pemotongan pajak populis oleh Presiden Gotabaya Rajapaksa. Sri Lanka berada di tengah krisis yang tak tertandingi sejak kemerdekaannya pada 1948.

 

Kekurangan devisa yang kronis telah menyebabkan inflasi merajalela. Sri Lanka kekurangan obat-obatan, bahan bakar dan kebutuhan pokok lainnya. Hal ini menyebabkan ribuan orang turun ke jalan menggelar protes. Pengiriman diesel menggunakan jalur kredit India tiba di Sri Lanka pada Ahad (15/5/2022), tetapi belum didistribusikan ke seluruh wilayah.

 

"Kami meminta masyarakat untuk tidak mengantri atau mengisi ulang dalam tiga hari ke depan sampai 1.190 pengiriman SPBU selesai," kata Menteri Tenaga Kerja Kanchana Wijesekera. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement