Selasa 17 May 2022 12:41 WIB

Korut Kerahkan 10 Ribu Petugas Medis Lacak Penyebaran Covid-19

Korea Utara mengerahkan lebih dari 10 ribu petugas kesehatan untuk lacak Covid-19

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Dalam foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, tengah, mengunjungi apotek di Pyongyang, Korea Utara, Ahad, 15 Mei 2022.
Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service
Dalam foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, tengah, mengunjungi apotek di Pyongyang, Korea Utara, Ahad, 15 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara mengerahkan lebih dari 10 ribu petugas kesehatan untuk membantu melacak orang-orang yang kemungkinan melakukan kontak dengan orang yang terpapar Covid-19. Wabah virus corona memicu kekhawatiran atas krisis besar karena kurangnya vaksin dan infrastruktur medis yang memadai di Korea Utara.

Upaya penelusuran juga diintensifkan, dengan melibatkan sekitar 11 ribu pejabat kesehatan, guru, dan mahasiswa kedokteran. Mereka melakukan pemeriksaan medis intensif terhadap semua penduduk di seluruh negeri. Penelusuran ini bertujuan untuk menemukan dan merawat orang yang demam.

Baca Juga

Markas besar pencegahan epidemi darurat negara melaporkan 269.510 orang dengan gejala demam. Dengan demikian total orang yang mengalami gejala demam menjadi 1.483.060. Sementara jumlah kematian bertambah menjadi 56 pada Senin (16/5/2022) malam. Dalam laporan KCNA, tidak disebutkan berapa banyak orang yang dinyatakan positif Covid-19.

Beberapa anggota senior dari politbiro Partai Buruh yang berkuasa melakukan sidak apotek dan kantor manajemen obat-obatan untuk memeriksa pasokan dan permintaan. KCNA mengatakan, mereka melakukan sidak setelah Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un mengkritik distribusi obat-obatan yang tidak efektif.

"Mereka menyerukan agar dibuat aturan yang lebih ketat dalam menjaga dan menangani kesehatan, dengan tetap menjaga prinsip mengutamakan permintaan dan kenyamanan masyarakat," kata KCNA.  

Berbagai sektor ekonomi nasional mempertahankan produksi dan konstruksi, sambil mengambil langkah-langkah anti-virus secara menyeluruh. Kim telah memerintahkan agar aktivitas terbatas diizinkan di setiap kota dan kabupaten.  

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa virus korona dapat menyebar dengan cepat di Korea Utara. Sejauh ini Korea Utara tidak memiliki program vaksinasi Covid-19 dan menolak bantuan internasional.

Korea Selatan menawarkan untuk mengirim pasokan medis, termasuk vaksin, masker dan alat tes, serta kerja sama teknis. Tetapi Korea Utara belum menerima tawaran itu.

Departemen Luar Negeri AS prihatin dengan potensi dampak wabah pada warga Korea Utara. Amerika Serikat mendukung bantuan vaksin ke Korea Utara.

"Untuk tujuan ini, kami sangat mendukung dan mendorong upaya AS dan organisasi bantuan dan kesehatan internasional dalam upaya mencegah dan menahan penyebaran Covid-19, dan memberikan  bantuan kemanusiaan lainnya kepada kelompok rentan di negara ini (Korea Utara)," kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement