Selasa 17 May 2022 17:42 WIB

Menelusuri Asal-Usul Mie Lanzhou Buatan Muslim Hui

Biasanya, Mie Lanzhou disantap untuk sarapan.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Agung Sasongko
Mie Lanzhou  (ilustrasi)
Foto: istimewa
Mie Lanzhou (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LANZHOU – Masakan China atau Chinese food kerap kali dikaitkan dengan babi. Ini membuat masakan China kurang populer di kalangan Muslim. Namun, belum lama ini, salah satu cuitan di Twitter dari akun @drhaltekehalte viral yang membahas salah satu masakan China halal bernama Mie Lanzhou Daging Sapi.

Restoran masakan China halal yang terletak di Muara Karang, Jakarta, menjadi sorotan warganet. Banyak yang berdiskusi dan penasaran akan rasanya dan soal Mie Lanzhou.

Baca Juga

Perlu diketahui, China termasuk salah satu negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia. Menurut New Lines Magazine, kurang dari dua persen populasi di China adalah Muslim dengan sekitar 40 juta orang. Muslim China terdiri dari suku Hui, Uighur, Kazakh, Kirgistan, Salars, Tajik, Uzbek, Bonan, dan Tatar. Perkembangan Muslim tanpa disadari memengaruhi perkembangan masakan China.

Misal, terhadap masakan suku Muslim terbesar, yaitu Hui. Muslim Hui terutama berbasis di provinsi Ningxia dan tersebar di seluruh Gansu, Qinghai, Xinjiang, dan Tibet. Masakan mereka terkenal dengan mie daging sapi dan domba.

Dikutip VICE, Selasa (17/5/2022), Hui merupakan suku minoritas di China, keturunan dari campuran suku Han dengan pedagang Arab dan Persia yang menetap di sepanjang Jalur Sutra. Selama bertahun-tahun, mereka berasimilasi ke dalam masyarakat China. Masakan mereka disebut qingzhen yang berarti kebenaran murni.

Kata qing juga merupakan homofon untuk warna biru-hijau. Semua restoran yang memiliki tanda warna itu berarti menjual makanan halal. Hidangan terkenal suku Hui adalah Mie Daging Sapi Lanzhou yang ditemukan oleh pria Muslim keturunan Hui bernama Mabaozi pada tahun 1915.

Nama Lanzhou diambil dari ibu kota provinsi Gansu, Lanzhou. Kota tersebut sarat cerita rakyat dan memiliki sejarah panjang, termasuk tentang Jalur Sutra kuno.

Bagi banyak orang China, Mie Lanzhou tidak bisa dipisahkan dengan sebutan “Lamian.” Secara harfiah, Lamian (拉面) berarti mie yang ditarik. Istilah itu dapat berlaku untuk sejumlah hidangan lain, seperti ramen Jepang. Namun, hanya sedikit di China yang melakukan gaya masakan Lanzhou dari Muslim Hui.

Dilansir Radii, hampir di semua area perkotaan terdapat restoran yang menyajikan Mie Lanzhou. Secara tradisional, mie dibuat dari tepung yang ditarik dengan tangan. Kemudian mie dilengkapi dengan irisan daging sapi yang lembut dan diisi dengan kuah bening. Campuran cabai dan mericah memperkaya rasa mie. Terakhir, hidangan mie dipercantik dengan taburan daun bawang.

Biasanya, Mie Lanzhou disantap untuk sarapan. Salah satu restoran terbaik yang menghidangkan Mie Lanzhou adalah Wu Mu Le yang sudah berdiri lebih dari dua dekade. Sejak pagi, rstoran sudah ramai didatangi oleh warga setempat dan turis. Untuk menikmati semangkuk mie, pengunjung hanya merogoh kocek sebesar 8 RMB atau sekitar Rp 17 ribu. Karena rasanya yang nikmat dan harganya ekonomis, hidangan Mie Lanzhou menjadi daya tarik wisatawan. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement