REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perubahan iklim merugikan industri asuransi dan hanya delapan persen perusahaan asuransi yang cukup mempersiapkan dampaknya.
Laporan itu disampaikan konsultan Capgemini dan badan industri keuangan Efma pada Selasa (17/5/2022).
Kerugian yang diasuransikan dari bencana alam telah meningkat 250 persen dalam 30 tahun terakhir. Bahaya seperti kebakaran hutan dan badai, yang terlihat sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim, menyebabkan peningkatan yang lebih cepat dalam kerugian yang diasuransikan, kata laporan itu.
Risiko bencana utama perusahaan asuransi di masa lalu biasanya dari badai di negara bagian AS seperti Florida dan Texas, Seth Rachlin, pemimpin industri asuransi global di Capgemini, mengatakan kepada //Reuters.
"Kami telah melihat banjir di Eropa dan kebakaran hutan di Australia, kebakaran hutan di California, itu menjadi masalah geografis yang lebih luas, mempengaruhi persentase yang lebih luas di bumi."
Jerman dan bagian lain Eropa dilanda banjir pada Juli 2021, sementara hujan lebat membanjiri pantai timur Australia awal tahun ini. Perusahaan asuransi Eropa memimpin dalam menanamkan masalah lingkungan, sosial dan tata kelola dalam penjaminan dan investasi asuransi dan dalam fokus pada pencegahan risiko.
Lebih dari 30 persen perusahaan asuransi secara global membatasi investasi di perusahaan yang tidak berkelanjutan, dan lebih dari 20 persen membatasi perlindungan asuransi untuk perusahaan yang tidak berkelanjutan, kata laporan itu. 74 persen dari perusahaan asuransi yang diwawancarai merasa bahwa perubahan iklim membuat sulit untuk mengasuransikan beberapa area.
Daerah seperti California telah melihat perusahaan asuransi menarik diri karena jumlah dan tingkat keparahan kebakaran hutan. Tujuh puluh satu persen pelanggan asuransi mengatakan tawaran diskon akan membuat mereka sangat mungkin untuk mengurangi eksposur properti mereka atau aset lainnya terhadap risiko bencana alam.
Lebih dari 4.900 pelanggan asuransi disurvei di 16 negara pada Januari dan Februari 2022 untuk laporan tersebut. Laporan tersebut juga didasarkan pada wawancara dengan lebih dari 270 eksekutif asuransi senior di 27 pasar.