Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Saffana Zahira

Museum Digital Bekasi : Gedung Kelelawar yang Mistik, Kini Memadukan Budaya nan Futuristik

Wisata | Wednesday, 18 May 2022, 08:38 WIB
Gedung Juang 45 Bekasi (Museum Digital Bekasi)

Beberapa tahun silam santer diperbincangkan konten horror Youtube yang menjelajah Gedung Juang 45 Bekasi untuk mencari kemunculan penunggu ghaib. Kesan mistis juga dikaitkan dengan ribuan kelelawar yang menghuni gedung tersebut. Namun kini pesona Gedung Juang 45 Bekasi telah berubah. Mari simak tulisan ini untuk mendapatkan jawabannya!

Roda sepeda motor matic melaju kencang, tak peduli seberapa teriknya matahari menembus kulit yang terbalut helm dan jaket. Sekitar 11 KM menyisir jalan Kalimalang yang tak pernah sepi dipadati oleh hiruk-pikuk kendaraan. Perlu waktu 30 menit untuk sampai di Gedung Juang yang berlokasi di Jalan Sultan Hasanudin No.39, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Meski telah tinggal belasan tahun di daerah ini, tetapi ini menjadi kali pertama penulis menyusuri gedung seluas 1170 M².

Memasuki gerbang utama sambil memarkirkan kendaraan, terdengar hingar-bingar alunan Tanjidor, Kendang, dan alat musik tradisional Bekasi lainnya sedang dimainkan. Mengikuti jejak alunan suara itu, langkah penulis berbelok ke sisi kanan pelataran Gedung Juang yang bernama Taman Juang. Rupanya terdapat Pentas Seni Budaya yang mengusung tema Lebaran Orang Bekasi 2022 pada Ahad (15/05/22). Acara ini diselenggarakan oleh Komunitas Seni Budaya bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bekasi.

Ketika mencari posisi tempat duduk di depan panggung, penulis melihat seorang adik kecil sekitar usia sekolah dasar dengan atribut baju beladiri silat berwarna kuning, ikat kepala merah, dan ikat pinggang kain batik sedang memeragakan Seni Topeng Betawi dengan gerakan lincah dan penuh atraktif menyihir para penonton. Ternyata area yang kini penulis singgahi sudah menjadi tempat yang sering digunakan untuk acara-acara kebudayaan dan bazaar UMKM Bekasi.

Pentas Seni Budaya 2022

Tak berlama-lama duduk di pelataran, penulis bergegas masuk ke dalam Gedung Juang 45 yang kini disebut sebagai Museum Digital Bekasi dengan tanpa tiket masuk alias gratis. Namun pengunjung tetap wajib mematuhi protokol kesehatan dan scan aplikasi peduli lindungi. Selangkah dari pintu masuk, terdapat seorang wanita muda yang duduk di meja penerima tamu. Ia adalah salah satu staff museum disini. Ia bertanya asal dan tujuan penulis untuk datang kesini serta menjelaskan tata-tertib yang harus dipatuhi oleh para pengunjung.

Terdapat beberapa pemandu museum yang sigap untuk menjelaskan serba-serbi Museum ini. Namun sayang ketika penulis hendak mewawancarai salah seorang dari mereka, penulis mendapat penolakan lantaran tidak membawa surat dari instansi yang berwenang semacam surat perizinan dari Universitas maupun sekolah. Namun tak masalah, yang terpenting masih bisa menjelajah solo di Museum ini. Untuk teman-teman yang punya tujuan yang sama dengan penulis, yakni wawancara atau liputan di Museum ini, jangan lupa lengkapi persyaratannya ya!

Meringkas Bekasi, Menerawang Setiap Sisi

Aura mistis, pengap, kurang terawat, dan ribuan kelelawar menakutkan yang sering terlintas dibenak penulis tentang gedung ini ternyata sirna. Meski baru diresmikan oleh Pemerintah Daerah Bekasi pada 20 Maret 2021, Namun nyatanya setiap sudut lantai dan hall yang berjumlah sebelas di Gedung ini bersih, rapi, dan sangat tertata apik setiap koleksi antiknya.

Ketika memasuki Hall pertama yakni Hall of Fame, pengunjung akan disambut oleh 17 patung dan interactive virtual wall yang menyajikan ringkasan pemimpin daerah Bekasi dari masa ke masa. Tak ketinggalan, terdapat virtual photoboth dengan beragam latar visual yang dapat menjadi cara melukis momen bagi para pengunjung.

Tema besar seperti sejarah Gedung Juang, peninggalan bersejarah masa kerajaan, ragam kesenian dan kebudayaan Bekasi, masa kependudukan Jepang di Indonesia, hingga pembentukan dan pengembangan Bekasi yang sebelumnya bernama Kabupaten Jatinegara semua dikulik secara lengkap dengan teknologi edukasi canggih pada sepuluh Hall lainnya.

Interactive virtual wall, salah satu teknologi edukasi yang ada di Museum Digital Bekasi

Teknologi edukasi canggih berupa mini bioskop yang menampilkan selayang pandang kuliner budaya Bekasi, immersive room (ruang cinema 3D), game Entong Tolo (Robin Hoodnya Bekasi), hingga augmented reality Tarumanegara memudahkan pengunjung untuk mengakses informasi lebih jelas dan rinci pada setiap tema besar yang mereka kunjungi.

Menariknya saat langkah kaki menapaki pusat ruangan di lantai dua Gedung ini, penulis menemukan monumen rombongan kelelawar yang terbang mengitari balok kaca dan mengarah ke atas bangunan seolah-olah menjadi penghuni yang memadati Hall ini.

Ribuan patung kelelawar mengitari ruangan

Menurut salah seorang pemandu museum, monumen tersebut dibangun sebab dahulu warga sekitar menyebut gedung ini sebagai gedung kelelawar. Setiap sore hingga malam hari rombongan kelelawar menghuni gedung ini. Kenangan itulah yang melatarbelakangi terancangnya monumen kelelawar ini.

Menyingkap Senja dengan Jas Merah

Tak terasa hampir dua jam penulis mengitari dua lantai Gedung Juang 45 Bekasi ini sendirian. Adzan Ashar berkumandang, datang senja pukul 16.00. Waktu yang tepat bagi para staff Museum untuk menutup tempat dan mengabarkan sejarah kembali kepada para pengunjung di esok pagi. Saat hendak menuju pintu keluar, rombongan ibu-ibu berfoto ria bersama. Salah seorang dari mereka yang menggenggam ponsel mengoceh,

“Enak kan sekali-kali jalan-jalan ke Museum jangan ke Mall mulu!”

Terdengar tawa renyah dari beberapa ibu-ibu lain tanda setuju menyambut ocehan seorang ibu tersebut. Teringat sebuah pesan dari Bung Karno yang sering digelorakan di berbagai tempat dan kondisi, bahkan pesan ini terlukis tepat di pusat lantai dua pojok kanan Museum Digital Bekasi. Terpampang wajah Bung Karno dengan pesannya yaitu, “Jas Merah : Jangan sekali-kali melupakan sejarah!”

Sejatinya museum menawarkan kenangan masa lampau yang menjadikan kita dapat mengambil hikmah untuk memperbaharui diri agar menjadi manusia modern yang berbudi pekerti luhur pada masa kini dan nanti.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image