Rabu 18 May 2022 11:55 WIB

Janet Yellen Dorong Sekutu AS Bersatu Melawan China

China diminta menghentikan praktek tidak menyenangkan yang merugikan ekonomi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Menteri Keuangan Janet Yellen. China diminta menghentikan praktek tidak menyenangkan yang merugikan ekonomi.
Foto: AP/Jacquelyn Martin
Menteri Keuangan Janet Yellen. China diminta menghentikan praktek tidak menyenangkan yang merugikan ekonomi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen kembali mengkritik praktik perdagangan dan ekonomi China. Ia mengajak sekutu-sekutu Amerika Serikat di Eropa untuk bersatu menantang Beijing dan mendiversifikasi rantai pasokan.

"Kami memiliki kepentingan bersama dalam memberi insentif pada China untuk menahan praktek ekonomi yang merugikan kami semua," kata Yellen dalam pidatonya di Brussels Economic Forum, Selasa (17/5).

Baca Juga

Ia menyinggung praktik perdagangan dan investasi, pembangunan dan kebijakan perubahan iklim China. Yellen juga membahas praktik memberi pinjaman China yang mengakibatkan sejumlah negara memiliki utang yang tak berkelanjutan.

"Kami semua harus bercita-cita mendorong China menghentikan praktek-praktek tak menyenangkan, bila kami dapat melakukannya, kami akan memiliki peluang yang lebih baik dalam bersaing dengan China di tingkat yang sama, yang akan bermanfaat bagi bisnis dan konsumen kami," katanya.

Yellen memperingatkan negara-negara Barat untuk tidak terlalu bergantung pada sumber daya mineral China. Ia juga mengatakan, Beijing sedang membangun pangsa pasar yang kuat pada produk teknologi tertentu dan ingin mendominasi produksi semikonduktor.

Ia mengatakan, perkembangan ini dapat membuat perekonomian negara demokrasi lebih rentan terhadap pengaruh geopolitik China. Namun, mereka dapat meringankan risikonya dengan menjadi lebih 'saling menopang' pada rantai pasokan termasuk sumber daya penting.

Menteri keuangan AS itu juga mengajak sekutu-sekutu AS untuk meningkatkan bantuan keuangan pada Ukraina. Ia mengatakan, bantuan yang diumumkan sejauh ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar jangka pendek negara yang sedang diinvasi Rusia itu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement