REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memperkirakan ekonomi negara-negara ASEAN+3 tahun ini akan tumbuh 4,7 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi pada 2023 diperkirakan tumbuh 4,6 persen. Adapun negara yang dimaksud yakni negara anggota ASEAN ditambah China, Jepang dan Korea.
"AMRO memperkirakan pada tahun 2022, ekonomi ASEAN+3 akan tumbuh 4,7 persen dan diproyeksikan mencapai pertumbuhan 4,6 persen pada tahun 2023," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani dalam keterangan resmi, Rabu (18/5/2022).
Inflasi inti (core inflation) di kawasan ASEAN+3 diperkirakan meningkat menjadi 3,5 persen pada 2022. Kemudian akan menjadi moderat menjadi 2,3 persen pada 2023.
Menurutnya peningkatan inflasi tahun ini mencerminkan efek skenario low-base, penghapusan subsidi energi dan beberapa produk penting termasuk kendala dari sisi pasokan yang mendorong naiknya harga bahan baku, energi, transportasi, dan makanan.
"Prospek inflasi bergantung pada perkembangan harga komoditas global dan kekuatan pemulihan ekonomi," kata dia.
Dalam menghadapi situasi ekonomi saat ini, menyampaikan tiga hal yang perlu diperhatikan oleh setiap negara dalam menyusun kebijakan untuk mengatasi tantangan saat ini. Pertama kebijakan untuk melindungi kelompok vulnerable. Kedua, melindungi dan menjaga momentum ekonomi dan ketiga mengembalikan kekuatan instrumen fiskal.
Sementara untuk memperkuat kerjasama keuangan regional, mendorong penguatan AMRO sebagai lembaga yang berperan dalam memantau dan mengevaluasi stabilitas ekonomi makro di Kawasan.
“AMRO juga berperan penting untuk memberikan rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan terkait Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM). Ini merupakan fasilitas jaring pengaman stabilitas keuangan di kawasan,” ucapnya.
Maka itu, peningkatan dari sisi sumber daya manusia yang inklusif dengan dukungan dari seluruh negara anggota menjadi penting dilakukan. Harapannya, AMRO dapat memberikan masukan dan rekomendasi kebijakan yang lebih kredibel kepada negara di kawasan.