REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelarangan masuk Ustaz Abdul Somad ke Singapura ikut menjadi bahan pemberitaan media di sana. Channel News Asia misalnya, menulis judul dengan mengutip keterangan dari Kementerian Dalam Negeri. UAS disebut sebagai ektremis.
"Indonesian preacher Abdul Somad Batubara, known for 'extremist and segregationist' teachings, denied entry into Singapore: MHA," demikian judul Channel News Asia.
Masih mengutip keterangan Kementerian Dalam Negeri, CNA menulis, Somad yang dikenal sebagai dai berpaham "ekstremis dan segregasionis" ditolak karena bertentang dengan nilai-nilai Singapura yang multirasial serta lingkungan multiagama.
"Sebagai contoh, Somad telah mengajarkan bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dapat dinilai sebagai operasi jihad," tulus CNA.
Meida Singapura lainnya, the Straits Times juga menulis serupa dengan mengutip keterangan dari Kementerian Dalam Negeri.
"Indonesian preacher denied entry into Singapore due to his extremist and segregationist teachings: MHA"
Sementera itu, Ustaz Abdul Somad (UAS) menanggapi pernyataan Pemerintah Singapura melalui laman resmi Kementerian Dalam Negeri (MHA) yang disiarkan Selasa (17/5/2022) lalu.
Menurut mubaligh nasional tersebut, pelbagai tuduhan yang disebutkan dalam rilis pers MHA Singapura cenderung mengungkit-ungkit persoalan lama.
Baca Juga
Alumnus Universitas al-Azhar Mesir itu mengatakan, masalah-masalah seperti fatwa bom syahid, “jin kafir”, atau sebutan “kafir” untuk non-Muslim sudah selesai. Menurut dia, penjelasan atau klarifikasi dari dirinya mengenai hal itu sudah disampaikan dalam pelbagai video yang dapat diakses via internet.
“Semua soal itu sudah tuntas. Mereka tinggal tulis (cari) di Google, ‘Klarifikasi UAS tentang bom bunuh diri Palestina, jin dalam berhala, non-Muslim disebut kafir.’ Semoga mereka mendapat hidayah,” ujar UAS saat dihubungi Republika, Rabu (18/5/2022).