Rabu 18 May 2022 13:29 WIB

Antusiasme Wisatawan Saat Kunjungi Rumah Biru Korea Selatan

Rumah biru pertama kali dibuka untuk umum setelah 74 tahun.

Rep: Dwina agustin/ Red: Friska Yolandha
Orang-orang mengunjungi Blue House, bekas istana kepresidenan, di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 10 Mei 2022. Bagi kebanyakan orang Korea Selatan, bekas istana kepresidenan di Seoul itu diselimuti misteri seperti gedung-gedung di rival rahasia mereka, Korea Utara. Itu sekarang berubah baru-baru ini karena ribuan orang telah diizinkan melihat ke dalam untuk pertama kalinya dalam 74 tahun.
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Orang-orang mengunjungi Blue House, bekas istana kepresidenan, di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 10 Mei 2022. Bagi kebanyakan orang Korea Selatan, bekas istana kepresidenan di Seoul itu diselimuti misteri seperti gedung-gedung di rival rahasia mereka, Korea Utara. Itu sekarang berubah baru-baru ini karena ribuan orang telah diizinkan melihat ke dalam untuk pertama kalinya dalam 74 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Bagi banyak warga Korea Selatan, istana kepresidenan di Seoul merupakan ikon di lereng gunung yang jarang dikunjungi dan dijaga ketat. Sekarang tempat itu berubah karena ribuan orang telah diizinkan melihat ke dalam untuk pertama kalinya dalam 74 tahun.

Sebagai salah satu tindakan pertama, pemimpin Korea Selatan yang baru telah memindahkan kantor kepresidenan dari Rumah Biru dan membuka gerbangnya untuk umum. Tindakan Yoon Seok-yeol itu memungkinkan tempat tersebut menerima hingga 39.000 orang per hari untuk berkunjung.

Baca Juga

Kompleks yang biasanya dijaga ketat, kini telah diubah menjadi sesuatu seperti pekan raya. Banyak kerumunan yang bersemangat melihat sekeliling dan berdiri dalam antrean panjang.

"Saya merasa bersyukur bahwa Rumah Biru telah dibuka untuk umum. Saya sangat senang berada di sini," kata pekerja kantoran berusia 61 tahun bernama Lee Sang-woon selama tur bersama keluarganya.

Rumah Biru telah melalui beberapa transformasi selama bertahun-tahun. Dulunya merupakan situs taman kerajaan, orang Jepang membangun kediaman resmi untuk gubernur jenderal di sana selama pemerintahan kolonial di Semenanjung Korea.

Setelah Korea dibebaskan dari Jepang pada 1945, komandan militer Amerika Serikat (AS) menduduki tempat itu hingga menjadi kantor kepresidenan dan kediaman resmi di atas dasar negara pada 1948. Usai Yoon terpilih sebagai presiden, barulah gedung tersebut menjadi tempat wisata yang bisa dikunjungi publik.

Pembukaan Rumah Biru adalah bagian dari janji baru Yoon untuk meninggalkan istana dan mendirikan kantornya di kompleks Kementerian Pertahanan di distrik Yongsan, sekitar 5 kilometer jauhnya dari tempat itu. Yoon memberikan alasan pemindahan karena kompleks Kementerian Pertahanan karena sudah dilengkapi dengan fasilitas komando terkait keamanan.

Yoon juga bertujuan untuk membangun sesuatu yang mirip dengan Gedung Putih di Washington yang akan membuat warga melihat lebih dekat. Yoon mengatakan kantor baru akan memungkinkan komunikasi yang lebih baik dengan publik.

photo
Orang-orang berfoto di Blue House, bekas gedung kepresidenan, saat dibuka untuk umum setelah upacara pelantikan Presiden baru Korea Selatan Yoon Suk Yeol di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 10 Mei 2022. - (AP Photo/Ahn Young-joon)

Tapi, rencana relokasi istana kepresidenan ini menghadapi keluhan bahwa mereka terburu-buru dan tidak realistis. Para kritikus mengatakan gerakan tergesa-gesa dari kantor-kantor pemerintah dapat merusak keamanan nasional dengan memusatkan terlalu banyak kekuasaan di satu tempat, menghabiskan terlalu banyak biaya, dan melanggar hak milik orang-orang yang tinggal di daerah tersebut.

Presiden Korea Selatan sebelum Yoo, Moon Jae-in, juga mengungkapkan kekhawatirannya bahwa Yoon membuat keputusannya sebelum mendengar cukup banyak opini publik. Ketika Moon menjabat pada 2017, dia juga berjanji untuk pindah dalam upaya menjauhkan diri dari pendahulunya yang dipenjara, Park Geun-hye, yang tumbuh di sana sebagai putri seorang diktator. Moon akhirnya membatalkan rencananya dan Park diampuni akhir tahun lalu.

Choi Jun-chae yang menjalankan pabrik di pasar tradisional dekat Rumah Biru menyesal melihat kantor kepresidenan meninggalkan lingkungannya. Namun, dia juga berharap relokasi itu akan meningkatkan bisnis lokal dengan mendatangkan lebih banyak turis.

"Di bawah pemerintahan (mantan Presiden) Lee Myung-bak, ada banyak protes, jadi sangat sulit untuk bepergian ke daerah ini. Mobil tidak bisa bergerak, jadi saya harus berjalan,” kata Choi.

Ribuan orang telah berkumpul di dekat Rumah Biru di masa lalu untuk demonstrasi massal dan pawai. Warga sekitar mengatakan mereka menderita kebisingan dan kemacetan lalu lintas.

"Saya berharap protes berkurang dan lebih banyak orang mengunjungi daerah itu. Namun  (presiden) sudah lama di sini, jadi agak sedih juga," kata kepala toko roti populer di lingkungan itu Yoo Sung-jong. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement