Rabu 18 May 2022 14:25 WIB

Anggota Kongres AS Muslim Rashida Tlaib Perkenalkan Resolusi Nakba

Resolusi diperkenalkan untuk mengakui peristiwa Nakba Palestina.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Ani Nursalikah
Anggota kongres Amerika Serikat (AS), Rashida Tlaib yang mewakili Michigan, 15 Agustus 2019. Anggota Kongres AS Muslim Rashida Tlaib Perkenalkan Resolusi Nakba
Foto: AP Photo/Paul Sancya
Anggota kongres Amerika Serikat (AS), Rashida Tlaib yang mewakili Michigan, 15 Agustus 2019. Anggota Kongres AS Muslim Rashida Tlaib Perkenalkan Resolusi Nakba

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Anggota Kongres AS Muslim Rashida Tlaib memperkenalkan resolusi untuk mengakui peristiwa Nakba Palestina. Istilah nakba yang digunakan untuk menggambarkan pemindahan paksa ratusan ribu warga Palestina menjelang pembentukan negara Israel pada 1948.

 

Baca Juga

Tlaib mengatakan dia memperkenalkan resolusi di Dewan Perwakilan Rakyat AS pada Senin (16/5/2022), sehari setelah warga Palestina menandai peringatan 74 tahun Nakba.

 

“Nakba didokumentasikan dengan baik dan terus dimainkan hari ini. Kita harus mengakui kemanusiaan Palestina ditolak ketika orang-orang menolak untuk mengakui kejahatan perang dan pelanggaran hak asasi manusia di apartheid Israel,” Tlaib, yang merupakan keturunan Palestina, menulis di Twitter

Anggota kongres Demokrat itu mengatakan resolusi itu disponsori bersama oleh rekan-rekan progresifnya Betty McCollum, Marie Newman, Ilhan Omar dan Alexandria Ocasio-Cortez. Meskipun tidak mungkin lolos di DPR yang sangat pro-Israel, para pembela hak-hak Palestina dengan cepat memuji tindakan itu sebagai bersejarah.

 

Institute for Middle East Understanding (IMEU), sebuah wadah pemikir yang mendukung hak-hak Palestina, berterima kasih kepada Tlaib karena memberikan suara pada kenyataan ini, dan menyoroti rasa sakit dan ketidakadilan yang diderita warga Palestina.

 

“Selama pembentukan Israel, hampir 75 persen dari populasi Palestina secara etnis dibersihkan dari Palestina dan lebih dari 400 desa Palestina dihancurkan. Tindakan ini sengaja direncanakan dan dilakukan oleh milisi Zionis untuk mencuri tanah Palestina,” kata IMEU.

 

Jutaan orang yang selamat dari Nakba – bencana dalam bahasa Arab – dan keturunan mereka terus tinggal di kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat dan Gaza, serta di negara-negara Arab tetangga. Nakba jarang dibahas dalam politik arus utama AS, karena Israel telah menikmati dukungan luas dari legislator dan presiden berturut-turut dari kedua partai besar selama beberapa dekade.

 

Israel menerima 3,8 miliar dolar AS dalam bentuk bantuan militer AS setiap tahun, dan tahun ini Washington menambahkan 1 miliar dolar AS lagi dalam bantuan untuk mengisi ulang sistem pertahanan rudal Iron Dome Israel setelah konflik Gaza pada Mei 2021. Namun, pada akhir 2016, di hari-hari terakhir kepresidenan Barack Obama, Menteri Luar Negeri John Kerry saat itu mengakui Nakba dalam sambutannya tentang konflik Israel-Palestina.

 

“Ketika Israel merayakan ulang tahun ke-70 pada 2018, orang-orang Palestina akan menandai peringatan yang sangat berbeda: 70 tahun sejak apa yang mereka sebut ‘Nakba’ atau malapetaka,” katanya saat itu.

Warga Palestina di seluruh dunia memperingati Hari Nakba pada Ahad dengan aksi unjuk rasa yang menekankan hak kembali bagi para pengungsi Palestina.  Mereka juga menuntut keadilan bagi jurnalis Aljazirah Shireen Abu Akleh, yang dibunuh oleh pasukan Israel di Tepi Barat pekan lalu.

Pada Senin, Kampanye AS untuk Hak Palestina, sebuah kelompok advokasi, menyebut resolusi Tlaib sebagai momen bersejarah. “Sudah terlalu lama, pengalaman Palestina telah diabaikan oleh Washington, dan orang-orang Palestina telah ditembak mati karena mencoba menceritakan kisah mereka.  Terima kasih [Tlaib] karena telah menyuarakan kenyataan ini, dan menyoroti rasa sakit dan ketidakadilan yang diderita warga Palestina,” tulis kelompok itu di Twitter.

 

“Kita harus mengalihkan kebijakan luar negeri AS dari memungkinkan pemindahan warga Palestina yang sedang berlangsung oleh Israel dengan dana militer—dan menuju akuntabilitas,” tambahnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement