Disinfeksi Disebut Langkah Efektif Cegah PMK
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Petugas menyemprotkan cairan disinfektan di sekitar kandang penampungan sapiuntuk mencegah penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) khususnya di RPH. | Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair), Fedik Abdul Rantam berpendapat, disinfeksi di lingkungan peternakan menjadi langkah paling tepat dalam mengantisipasi wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Penyakit mulut dan kuku merupakan penyakit yang menyerang hewan berkuku belah karena virus.
Tingkat penularannya juga tergolong tinggi. Penyebarannya dapat melalui berbagai cara seperti udara, makanan, kotoran yang menempel pada alas kaki, pakaian, kontak langsung, peralatan kandang, dan jarum suntik. “Disinfeksi dapat diberikan pada kandang. Ini menjadi upaya memutus dan mencegah penularan virus penyebab PMK secara lebih luas,” kata Fedik, Rabu (18/5/2022).
Guru Besar Bidang Virologi dan Imunologi tersebut menerangkan, peternak dapat memilih beragam jenis disinfektan. Misalnya, Kalsium Karbonat 3 persen; KMNO4 3 persen; Formaldehyde 1 persen; Sodium hypochlorite 3 persen; Sodium hydroxid 2 persen; Sodium Karbonat 4 persen; Citric Acid 0,2 persen; atau Sodium Chlorite 1 persen.
“Tidak perlu menggunakan semua jenis disinfektan, namun salah satu saja,” ujarnya. Ia menjelaskan, dari berbagai disinfektan yang ada, terdapat beberapa jenis bahan yang kemungkinan mengalami resistensi terhadap virus tersebut. Misalnya, Chlorine Dioxide dan Iodophores.
Untuk disinfektan berbahan Chlorine Dioxide dan Iodophores masih memiliki kemungkinan untuk virus mengalami resistensi (kurang efektif). Ia menjelaskan, disinfeksi dapat dilakukan secara efektif pada pagi dan sore hari, dengan ketentuan bahan yang dapat dipertimbangkan.
Selain itu, ada beberapa bagian tubuh sapi yang harus dibersihkan. Untuk alas misalnya, dapat menggunakan kaporit. Kemudian pada bagian dinding bisa menggunakan formaldehaide satu persen dengan volume rendah.
Sedangkan pada aliran air dapat menggunakan Chloride. “Penyemprotan dengan KMNO4 dapat dilakukan pada kaki sapi, sedangkan mulut sapi yang mengalami luka dapat dicuci menggunakan NaCl 1-2 persen,” ujarnya.
Fedik menyampaikan, disinfektan dapat dibuat sendiri oleh peternak. Terutama bagi peternak di daerah yang tidak mendapat disinfektan komersial. Salah satunya menggunakan kaporit dengan suspensi 10 persen, lalu diencerkan menjadi dua persen supaya lebih ringan.
Selain itu, penggunaan disinfeksi dosis rendah akan menarget virus secara langsung. “Kaporit tidak berefek buruk bagi hewan, namun kalau terlalu tinggi kadarnya menjadi oksidator sehingga alat (berbahan besi) menjadi berkarat,” kata dia.