Rabu 18 May 2022 16:14 WIB

Finlandia dan Swedia Resmi Daftar Jadi Anggota NATO

Bergabungnya Finlandia dan Swedia akan sangat memperkuat NATO di Laut Baltik.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menunjukkan dokumen saat Swedia dan Finlandia mengajukan keanggotaan di Brussels, Belgia, Rabu 18 Mei 2022. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa aliansi militer siap untuk memanfaatkan momen bersejarah dan bergerak cepat untuk mengizinkan Finlandia dan Swedia untuk bergabung dalam barisannya, setelah kedua negara mengajukan permintaan keanggotaan mereka.
Foto: Johanna Geron, Pool via AP
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menunjukkan dokumen saat Swedia dan Finlandia mengajukan keanggotaan di Brussels, Belgia, Rabu 18 Mei 2022. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa aliansi militer siap untuk memanfaatkan momen bersejarah dan bergerak cepat untuk mengizinkan Finlandia dan Swedia untuk bergabung dalam barisannya, setelah kedua negara mengajukan permintaan keanggotaan mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, HELSINKI -- Finlandia dan Swedia secara resmi mendaftarkan diri untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada Rabu (18/5/2022). Keputusan ini didorong peristiwa invasi Rusia ke Ukraina dan memicu salah satu perubahan paling signifikan dalam arsitektur keamanan Eropa dalam beberapa dasawarsa.

"Ini adalah momen bersejarah, yang harus kita rebut," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada upacara singkat ketika duta besar Swedia dan Finlandia untuk aliansi itu menyerahkan surat pengajuan dalam map putih bergambar bendera nasional mereka.

Baca Juga

"Saya menyambut hangat permintaan Finlandia dan Swedia untuk bergabung dengan NATO. Anda adalah mitra terdekat kami, dan keanggotaan Anda di NATO akan meningkatkan keamanan bersama kami," kata Stoltenberg.

Aliansi tersebut menganggap bahwa bergabungnya Finlandia dan Swedia akan sangat memperkuatnya di Laut Baltik. Dengan aplikasi yang diajukan secara resmi, negara-negara Nordik ini perlu menunggu hingga semua 30 anggota NATO perlu menyetujui perluasan. Menurut para diplomat, pengesahan oleh semua parlemen sekutu bisa memakan waktu hingga satu tahun.

Persetujuan ini kemungkinan tidak akan berjalan mulus dengan sikap Turki yang mengejutkan sekutunya dalam beberapa hari terakhir. Ankara mengatakan memiliki keraguan tentang keanggotaan Finlandia dan Swedia.

Menurut pemerintah Turki, kedua negara yang baru mengajukan untuk bergabung dalam NATO menampung individu yang terkait dengan kelompok yang dianggap teroris. Negara itu juga menyerang embargo ekspor senjata yang dikenakan pada Turki setelah serangan Suriah pada 2019.

Stoltenberg mengatakan masalah itu bisa diselesaikan. "Kami bertekad untuk mengatasi semua masalah dan mencapai kesimpulan cepat," katanya mencatat dukungan kuat dari semua sekutu lainnya.

Untuk mempercepat proses, menteri pertahanan Swedia telah menuju ke Washington dan akan diikuti oleh Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson dan Presiden Finlandia Sauli Niinisto akhir pekan ini. Negara-negara tersebut berharap ratifikasi cepat oleh Amerika Serikat (AS) yang menjadi kekuatan utama aliansi agar membantu memuluskan jalan menuju keanggotaan NATO.

Keputusan Finlandia dan Swedia untuk mencari tempat di bawah payung NATO merupakan kemunduran bagi Rusia. Sejauh ini, Moskow tidak memberikan banyak tanggapan setelah sebelumnya memperingatkan langkah-langkah yang bersifat teknis militer. Bahkan Rusia mengancam dapat menggunakan senjata nuklir di eksklave Eropa Kaliningrad jika negara-negara tersebut bergabung.

Presiden Vladimir Putin mengatakan pada Senin (16/5), bahwa keanggotaan NATO Swedia dan Finlandia tidak menimbulkan ancaman bagi Rusia. Namun, dia memperingatkan bahwa Moskow akan menanggapi jika aliansi Barat meningkatkan infrastruktur militer di anggota Nordik yang baru.

Finlandia dan Swedia sama-sama menjadi negara netral selama Perang Dingin dan keputusan mereka untuk bergabung dengan NATO mencerminkan pergeseran besar dalam opini publik di kawasan Nordik sejak invasi Rusia pada 24 Februari. Ini juga membawa perluasan aliansi Barat yang telah lama disebut oleh Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai salah satu pembenaran utama untuk memerintahkan operasi militer khusus di Ukraina pada Februari.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement