Kamis 19 May 2022 00:45 WIB

Tajikistan Gelar 'Operasi Antiteror' di Dekat China, Afghanistan

Kelompok kriminal blokir jalur menghubungkan Tajikistan dan China

Red: Teguh Firmansyah
 FILE - Helikopter militer terbang di atas tempat pelatihan selama latihan komando dan staf strategis Center-2019 di lapangan tembak Donguz dekat Orenburg, Rusia, 20 September 2019. Prajurit dari Rusia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Uzbekistan, India, Cina, dan Pakistan mengambil bagian dalam latihan, TASS News Agency melaporkan. Di tengah meningkatnya ketegangan di Ukraina, Presiden Vladimir Putin menuju ke Beijing dalam perjalanan yang dimaksudkan untuk membantu memperkuat hubungan Rusia dengan China dan mengoordinasikan kebijakan mereka di tengah tekanan Barat.
Foto: AP/Sergei Grits
FILE - Helikopter militer terbang di atas tempat pelatihan selama latihan komando dan staf strategis Center-2019 di lapangan tembak Donguz dekat Orenburg, Rusia, 20 September 2019. Prajurit dari Rusia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Uzbekistan, India, Cina, dan Pakistan mengambil bagian dalam latihan, TASS News Agency melaporkan. Di tengah meningkatnya ketegangan di Ukraina, Presiden Vladimir Putin menuju ke Beijing dalam perjalanan yang dimaksudkan untuk membantu memperkuat hubungan Rusia dengan China dan mengoordinasikan kebijakan mereka di tengah tekanan Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Tajikistan mulai menggelar "operasi antiteror" di provinsi bergejolak Gorno-Badakhshan yang berbatasan dengan Afghanistan dan China. Demikian dilaporkan kantor berita Rusia RIA yang mengutip Kementerian Dalam Negeri, Rabu.

RIA memberitakan anggota dari sebuah kelompok kriminal terorganisasi memblokir jalan yang menghubungkan Tajikistan dan China untuk mengacaukan situasi politik dan sosial di negara bekas Republik Soviet yang miskin itu.

Baca Juga

Operasi berlangsung menyusul sejumlah laporan bentrokan akhir tahun lalu antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan diKhorog. Di ibu kota Provinsi Gorno-Badakhshanitu sedikitnya seorang pengunjuk rasa tewas oleh polisi.

Massa menuntut sidang ulang terhadap seorang pegiat yang divonis karena kasus penyanderaan.Puluhan orang tewas dalam bentrokan antara kelompok bersenjata domestik dan pasukan pemerintah di Gorno-Badakhshan pada 2012.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement