REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Soedirman Ahmad Sabiq menyatakan, perkembangan calon pasangan capres dan cawapres yang akan mengikuti pilpres 2024 akan semakin berdinamika. Bahkan dinamika calon pasangan capres dan cawapres ini masih akan terus bergerak hingga pendaftaran resmi ke KPU yang akan dilaksanakan tahun 2024 mendatang.
Nantinya calon pasangan yang akan diajukan ke KPU sebagai capres dan cawapres juga memiliki pertimbangan yang semakin beragam.
Saat ini ada yang memasangkan Prabowo Subianto dengan Puan Maharani. Pasangan ini dinilai Ahmad memiliki modal politik yang sangat kuat.
Karena dua partai besar yaitu Gerindra dan PDIP bergabung mendukung Prabowo-Puan. Namun ketokohan dan elektabilitas Puan masih belum bisa disandingkan dengan Prabowo yang sudah sangat kuat.
Ahmad juga menilai calon pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto dan Erick Thohir merupakan pasangan yang cukup ideal. Prabowo dengan Gerindra dinilai memiliki modal politik yang sangat kuat. Sedangkan Erick dinilai memiliki kekuatan kapital yang sangat kuat.
"Namun perubahan calon pasangan capres dan cawapres masih sangat memungkin terjadi. Nanti yang menentukan pencalonan resmi ke KPU adalah parpol atau gabungan parpol yang memenuhi presidential threshold. Percuma saja jika calon tersebut populer namun tak ada parpol yang mengusung," ungkap Ahmad.
Secara matematis, saat ini tokoh yang memiliki modal kapital sangat kuat adalah Erick Thohir. Posisi Erick ini dinilai Ahmad mirip dengan Sandiaga S Uno pada tahu 2019 yang lalu. Modal kapital yang kuat tersebut berpotensi Erick dipinang oleh koalisi parpol lainnya.
"Memang elektabilitas Erick masih harus terus ditingkatkan hingga 2024 mendatang. Sehingga masih ada waktu yang cukup bagi Erick untuk membuktikan kinerjanya dan meningkatkan elektabilitas. Saat ini yang ingin maju ke pilpres 2024 harus menunjukan kinerjanya. Sehingga kepopuleran Erick bisa segera naik dan akan pas untuk dipasangkan dengan kandidat capres yang elektabilitas sudah sangat dominan," kata Ahmad.
Prestasi yang gemilang dan meningkatnya elektabilitas Erick Thohir secara signifikan, dikritik oleh berbagai pihak. Bahkan Erick dituding memanfaatkan jabatannya untuk mengerek elektabilitas menjelang pilpres 2024.
Diakui Ahmad, sebagai pejabat publik yang saat ini memimpin eksekutif maupun legislatif memiliki potensi untuk 'kampanye permanen'. Sebab tugas dan jabatan yang melekat ke pejabat publik tentu akan disorot oleh media.
Lanjut Ahmad, jika pejabat publik tersebut berhasil menjalankan tugasnya dengan baik, maka publik akan mengapresiasi prestasinya tersebut. Itu merupakan keunntungan yang dimiliki pejabat publik. Sepanjang pejabat tersebut tak menggunakan dengan cara-cara yang kotor, seperti penyaluran bansos ketika pilkada, maka pejabat tersebut dinilai Ahmad tidak bisa disalahkan.
"Kalau Erick menggunakan jabatannya dengan cara yang tidak tepat, tentu media akan menyorotnya. Namun hingga kini baik Erick maupun pejabat publik secara kasat mata belum terlihat memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadinya. Upaya pencitraan tentu semua pejabat memiliki motif itu. Jika elektabilitas ingin naik harusnya pejabat publik menunjukan prestasi. Erick memang membuat prestasi selama mereka menjabat," kata Ahmad.