REPUBLIKA.CO.ID, Retno Wulandhari, Silvy Dian Setiawan, Antara
Kebijakan pelonggaran pembatasan aktivitas masyarakat termasuk pelonggaran masker di ruang terbuka jadi sentimen positif bagi sektor ekonomi di Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada perdagangan Rabu (18/5/2022), bergerak di zona positif sepanjang hari dan ditutup di posisi 6.793,41 atau terbang 2,24 persen.
Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan menguatnya indeks IHSG seiring dengan reaksi pasar dan investor dari momentum katalis positif kebijakan pemakaian masker bagi masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan atau area terbuka.
"Pasar merespons surplus nercara perdagangan tersebut memberikan gambaran kondisi ekonomi dalam negeri lebih baik. Tentunya ini akan menjadi fundamental dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi nasional," tulis Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya, Rabu.
Sepanjang Rabu kemarin, Indeks LQ45 bergerak menguat. Saham–saham yang mendominasi penguatan diantaranya BUKA, MDKA, BFIN, UNVR, dan BBNI. Sedangkan saham–saham yang mendominasi penurunan diantaranya EMTK, EXCL, PTBA, INCO, dan ITMG.
IHSG dan bursa regional Asia menguat di tengah pelaku pasar dan investor menilai sikap tegas dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan menjaga ekonominya dari tekanan inflasi yang tinggi yang akan mengambil kebijakan agresif moneternya. Di sisi lain, pasar juga didorong oleh berita bahwa pemerintah Beijing dalam mendukung pengembangan sektor teknologi sambil mendesak listing publik baik di dalam maupun luar negeri.
Kondisi penyebaran Covid-19 melandai yang direspons pemerintah dengan kebijakan pelonggaran pembatasan aktivitas masyarakat juga berdampak positif bagi sektor UMKM.
"Sehingga dengan recovery Covid-19 ini saya kira segera rebound ekonomi UMKM kita," kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Teten Masduki usai menghadiri G20 Side Event di Royal Ambarukmo, Sleman, DIY, Rabu (18/5/2022).
Teten menyebut, pada masa libur Lebaran tahun ini, peningkatan ekonomi UMKM di Indonesia cukup besar. Terutama UMKM yang bergerak di bidang kuliner.
"Dampak ekonomi kepada UMKM luar biasa, terutama untuk di sektor kuliner dan oleh-oleh," ujar Teten.
Sebagian besar, katanya, pusat oleh-oleh merupakan produk yang dihasilkan oleh UMKM. Banyaknya kunjungan wisatawan di berbagai daerah, khususnya daerah yang menjadi tujuan wisata juga membuat ekonomi UMKM meningkat secara signifikan.
"Jangan disepelekan kekuatan ekonomi oleh-oleh ini, itu luar biasa. Orang kemana-mana kalau beli oleh-oleh pasti produk UMKM, bukan (produk) industri, karena itu terkait dengan daerahnya, budaya dan lain sebagainya," jelas Teten.
Teten mengharapkan, sektor UMKM terus pulih ke depannya. Terlebih, berbagai aktivitas juga sudah mulai berjalan menuju normal seperti dimulainya pembelajaran tatap muka, perkantoran dan juga industri yang sudah mulai aktif beroperasi.
"Ketika perkantoran aktif lagi, sekolah aktif lagi dan industri aktif lagi, itu saya kira immediately UMKM pulih," tambahnya.
Dalam upaya pemulihan UMKM, pemerintah juga akan memastikan kelancaran akses untuk pembiayaan. Pasalnya, selama pandemi Covid-19 banyak UMKM yang terdampak dan tidak memiliki akses permodalan.
"Karena pasti untuk supply bahan baku, akses pembiayaan ini harus sudah tersedia. Karena begitu rebound, saya kira maka permintaan akan tinggi dan kebutuhan akan bahan baku permodalan selama pandemi yang mengalami slowdown mungkin masih ada yang macet, kita akan lurusin itu," kata Teten.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan, angka neraca perdagangan dan ekspor yang menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah membuktikan bahwa ekonomi Indonesia semakin tangguh.
"Kita bersyukur bahwa salah satu engine utama pertumbuhan ekonomi ini terus mengalami performa gemilang dan bahkan kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa," kata Menko Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (17/5/2022).
Neraca perdagangan, lanjutnya, merupakan determinan yang sangat penting dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi dan menjaga ketahanan sektor eksternal Indonesia. Airlangga menegaskan pemulihan kondisi perekonomian pascapandemi terus menjadi fokus pemerintah dalam pengambilan kebijakan dan menjadi fondasi dalam menghadapi berbagai tantangan global yang kian masif ke depannya.
Berbagai kebijakan yang telah diambil pemerintah guna menjaga kestabilan kinerja fundamental perekonomian juga menunjukkan sinyal positif pada tiap leading indicator. Salah satunya, neraca perdagangan yang kembali melanjutkan tren surplus pada April 2022 dengan nilai mencapai 7,56 miliar dolar AS, yang merupakan rekor tertinggi dan melampaui rekor sebelumnya pada Oktober 2021 dengan nilai5,74 miliar dolar AS.
"Pencapaian tersebut kian membawa perekonomian Indonesia menjadi lebih tangguh mengingat neraca perdagangan merupakan salah satu indikator utama dalam meningkatkan cadangan devisa dan menjaga ketahanan sektor eksternal Indonesia,"ucapnya.
Kinerja positif juga ditunjukkan pada indikator ekspor yang mengalami surplus dengan nilai 27,32 miliar dolar AS yang juga mampu mengungguli rekor tertinggi sebelumnya pada Maret 2022 sebesar 26,50 miliar dolar AS. Selain itu, program hilirisasi yang diterapkan pemerintah untuk mendorong nilai tambah komoditas di tengah harga yang kian meningkat juga memiliki andil dalam tumbuhnya kinerja ekspor saat ini.
Hal tersebut terlihat dari aktivitas manufaktur yang terus berada di level ekspansif dengan angka Purchasing Managers' Index (PMI) April 2022 di level 51,9 naik dari posisi bulan sebelumnya di level 51,3. Adanya kenaikan tersebut membawa nilai PMI Indonesia berada di atas level PMI negara ASEAN lainnya seperti Vietnam (51,7), Malaysia (51,6), dan Myanmar (50,4).
Ke depan, pemerintah gencar dalam memaksimalkan berbagai potensi kebijakan lainnya seperti kerja sama bilateral dan multilateral dalam meningkatkan perdagangan, utamanya dalam peningkatan nilai ekspor Indonesia.
"Salah satunya dengan melakukan program promosi ekspor dengan peningkatan kerja sama bilateral dan multilateral. Forum G-20 juga akan dioptimalkan untuk menggali berbagai potensi kerja sama perdagangan dengan berbagai negara,"ujar Airlangga.
Selain itu, sisi impor tercatat mengalami penurunan dari periode sebelumnya sebesar 10,01 persen (mtm) pada April 2022 menjadi sebesar 19,76 miliar dolar AS. Namun, menurut Airlangga, penurunan tersebut tidak lantas menghambat kegiatan produksi karena komposisi utama impor didominasi oleh golongan bahan baku/penolong dengan porsi sebesar 78,62 persen, sehingga produksi barang baru yang bernilai tambah tinggi dapat terus dilakukan produsen yang akan mendorong peningkatan output nasional.