REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Regulator nuklir Jepang pada Rabu (18/5/2022), menyetujui rencana oleh operator pembangkit nuklir Fukushima Tokyo Electric Power Company Holdings (TEPCO) untuk melepaskan air limbah radioaktif yang diolah ke laut tahun depan. Metode yang diuraikan aman dan risiko terhadap lingkungan minimal.
Rencana tersebut diajukan oleh TEPCO pada Desember, berdasarkan keputusan pemerintah tahun lalu untuk melepaskan air limbah. Pelepasan ini sebagai langkah yang diperlukan untuk pembersihan dan penghentian pembangkit yang sedang berlangsung.
Gempa bumi besar dan tsunami pada 2011 menghancurkan sistem pendingin pembangkit Fukushima, menyebabkan runtuhnya tiga reaktor dan pelepasan sejumlah besar radiasi. Air yang telah digunakan untuk mendinginkan tiga inti reaktor yang rusak, yang tetap sangat radioaktif, telah bocor tetapi dikumpulkan dan disimpan dalam tangki.
Masih ada kekhawatiran di masyarakat dan negara-negara tetangga tentang potensi bahaya kesehatan dari pelepasan air limbah yang mencakup tritium. Produk sampingan itu hasil produksi tenaga nuklir dan kemungkinan karsinogen pada tingkat tinggi.
Pemerintah dan TEPCO mengatakan lebih dari 60 isotop yang dipilih untuk perawatan dapat diturunkan untuk memenuhi standar keamanan, kecuali tritium, meski aman jika diencerkan. Para ilmuwan mengatakan dampak paparan dosis rendah jangka panjang terhadap lingkungan dan manusia tidak diketahui dan tritium dapat memiliki dampak yang lebih besar pada manusia bila dikonsumsi dalam ikan daripada di air.
Ketua otoritas nuklir Jepang Toyoshi Fuketa mengatakan bahwa rencana tersebut dibuat secara konservatif sehingga dampak radiasi terhadap lingkungan bisa di bawah batas hukum jika ada risiko. Berdasarkan rencana, TEPCO akan mengangkut air yang telah diolah di bawah tingkat yang dapat dilepas melalui pipa dari tangki ke fasilitas pantai, dengan air diencerkan dengan air laut.
Air kemudian akan memasuki terowongan bawah laut untuk dibuang pada titik sekitar satu kilometer dari pabrik untuk memastikan keamanan dan meminimalkan dampak pada penangkapan ikan lokal dan lingkungan. Rencana tersebut akan menjadi resmi setelah tinjauan publik selama 30 hari, sebuah formalitas yang diperkirakan tidak akan membatalkan persetujuan.
Lampu hijau datang tepat ketika Direktur Badan Energi Atom Internasional Mariano Grossi tiba di Jepang untuk bertemu dengan pejabat tinggi guna membahas rencana tersebut. Fuketa akan bertemu dengan Grossi pada Jumat (20/5), setelah kunjungan direktur IAEA ke pabrik Fukushima sehari sebelumnya dan pertemuan dengan pejabat Jepang lainnya.
Pemerintah dan TEPCO berencana untuk mulai melepaskan air olahan secara bertahap pada musim semi 2023. Air yang terkontaminasi itu saat ini masih disimpan di sekitar 1.000 tangki di pabrik yang rusak, yang menurut para pejabat harus dipindahkan agar fasilitas dapat dibangun untuk penonaktifannya. Tank-tank tersebut diharapkan mencapai kapasitasnya sebesar 1,37 juta ton tahun depan, lebih lambat dari perkiraan awal akhir tahun ini.
Jepang telah meminta bantuan IAEA untuk memastikan pelepasan air memenuhi standar keamanan internasional. Upaya ini untuk meyakinkan nelayan lokal dan komunitas lain serta negara-negara tetangga yang mengkritik tajam rencana tersebut.
Sebuah tim ahli dari IAEA mengunjungi pabrik untuk pertemuan dengan pemerintah Jepang dan pejabat TEPCO pada Februari dan Maret. Gugus tugas dalam sebuah laporan yang dikeluarkan akhir April mengatakan, Jepang membuat kemajuan signifikan pada rencana tersebut dan mengambil langkah-langkah yang tepat menuju pelepasan yang direncanakan.