REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Komisaris NT Corp Nurdin Tampubolon menyampaikan, pembangunan smelter merupakan komitmen PT Nusantara Industri Sejati (NIS) dalam mendukung kebijakan pemerintah untuk menghentikan ekspor bahan mentah.
PT NIS berkeinginan yang kuat untuk masuk dalam rencana besar ini dengan membangun kawasan industri berbasis nikel dan membangun smelter nikel. "Natinya, akan dihasilkan ferro nikel sebagai bahan baku untuk pabrik lainnya, dalam bentuk produk turunan seperti Nickel Metal, Ni Powder, Batteries, sampai kepada aplikasi untuk industri otomotif, alat rumah tangga, dan peralatan kesehatan," ungkap Nurdin saat peletakan Batu Pertama Kawasan Industri Nusantara Industri Sejati (NIS) di Kecamatan Motui, Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Utara, Kamis (19/5/2022).
Terkait dengan peluang tersebut, Nurdin melaporkan, PT NIS akan membangun smelter dengan teknologi Rotary Kiln-Electris Furnice (RKEF) dengan kapasitas 500.000 Ton Ferro Nickel (Feni) per tahun, dengan kadar Nikel 10-12 persen. Smelter ini akan dibangun dengan menggunakan luas area tahap pertama yaitu 375 Hektar di Kecamatan Motui, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi mendukung dibangunnya kawasan industri PT NIS di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Menurutnya pembangunan pengolahan mineral atau smelter merupakan proyek strategis dalam mendukung hilirisasi di Indonesia yang terbukti mampu mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.
Pemerintah daerah, kata Ali, mendukung penuh PT Nusantara Industri Sejati dan PT Industri Smelter Nusantara menjalankan aktivitas usahanya di wilayah Sulawesi Tenggara. Dalam hal ini mengolah sumber daya alam bijih nikel laterit menjadi barang-barang industri hilirnya.
"Kami berharap dapat meningkatkan nilai-nilai investasinya di masa yang akan datang," ujar Ali Mazi.