Jumat 20 May 2022 00:34 WIB

Wapres Ingin Indonesia Mencontoh Transformasi Ekonomi Korsel

Indonesia harus memulai transformasi dari ekonomi ekstraktif menuju ekonomi inklusif

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Gita Amanda
Wakil Presiden Maruf Amin saat meresmikan peletakan Batu Pertama Kawasan Industri Nusantara Industri Sejati (NIS) di Kecamatan Motui, Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Utara, Kamis (19/5).
Foto: dok. BPMI/Setwapres
Wakil Presiden Maruf Amin saat meresmikan peletakan Batu Pertama Kawasan Industri Nusantara Industri Sejati (NIS) di Kecamatan Motui, Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Utara, Kamis (19/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Maruf Amin menginginkan Indonesia mencontoh Korea Selatan (Korsel) dalam melakukan transformasi ekonomi. Strategi yang diterapkan Korea Selatan yakni dengan mengandalkan industri berorientasi ekspor, tetapi didukung dengan sinergi riset dan pengembangan industri dan perguruan tinggi.

Wapres menilai, ekonomi dengan peningkatan nilai tambah saja tidaklah cukup. Indonesia, kata Wapres, membutuhkan lompatan produktivitas berbasis penguasaan ilmu pengetahuan dan inovasi, serta ramah lingkungan.

Baca Juga

"Transformasi ekonomi Korea Selatan merupakan salah satu contoh yang paling sukses," kata Wapres saat meresmikan peletakan Batu Pertama Kawasan Industri Nusantara Industri Sejati (NIS) di Kecamatan Motui, Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Utara, Kamis (19/5/2022).

"Indonesia harus memulai transformasi dari ekonomi ekstraktif menuju ekonomi inklusif yang mengedepankan partisipasi, inovasi dan juga ekologi," kata Wapres.

Dalam kesempatan itu hadir pula Presiden Komisaris NT CORP sebagai holding dari PT NIS, Dr Ir Nurdin Tampubolon, MM yang juga Tim Ahli Wakil Presiden RI dan Direktur Utama PT NIS sebagai anak usaha NT CORP, Tommy William Tampubolon.

Wapres memaparkan, di awal 1970an, PDB per kapita Indonesia dan Korea Selatan tidak jauh berbeda yakni masing masing 80 dolar AS dan 279 dolar AS. Namun, karena Korea Selatan melakukan transformasi ekonomi berbasis pengetahuan dan inovasi membuat PDB per kapitanya melesat delapan kali dari Indonesia.

"Pada tahun 2020, Korea Selatan mencapai 31.489 dolar AS dan Indonesia hanya sekitar 3.869 dolar AS, Indonesia justru turun dari 4.135 dolar AS pada 2019," katanya.

Di samping itu, Wapres menilai kebijakan hilirisasi industri juga menjadi faktor penting bagi kemajuan ekonomi. Sebab, hilirisasi akan memberikan nilai tambah baik produk, serapan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat.

Karenanya, Wapres mendukung upaya pembangunan kawasan industri di berbagai tempat, salah satunya di Konawe Utara. "Saya meyakini apabila Indonesia secara konsisten mengembangkan ekonomi inklusif yang dipadukan dengan hilirisasi industri untuk pemenuhan pasar domestik maupun ekspor, maka kemanfaatan sumber daya alam bagi kesejahteraan rakyat akan dapat terwujud," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement