Jumat 20 May 2022 10:25 WIB

Korut Klaim Upaya Mengatasi Pandemi Berjalan Baik

Total kasus dengan gejala di Korut sebanyak 2,24 juta termasuk 65 kasus kematian.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
 Karyawan pabrik Songyo Knitwear di distrik Songyo melakukan menyemprotkan disinfektan ke lantai pabrik di Pyongyang, Korea Utara, Rabu (18/5/2022). Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un sudah mengatakan partainya akan memberlakukan wabah Covid-19 sebagai kondisi darurat. Pemerintah Korea Utara mengatakan satu juta orang sudah pulih dari Covid-19 hanya sepekan mengumumkan adanya wabah virus corona.
Foto: AP Photo/Jon Chol Jin
Karyawan pabrik Songyo Knitwear di distrik Songyo melakukan menyemprotkan disinfektan ke lantai pabrik di Pyongyang, Korea Utara, Rabu (18/5/2022). Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un sudah mengatakan partainya akan memberlakukan wabah Covid-19 sebagai kondisi darurat. Pemerintah Korea Utara mengatakan satu juta orang sudah pulih dari Covid-19 hanya sepekan mengumumkan adanya wabah virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) mengatakan telah meraih "hasil baik" dalam memerangi wabah Covid-19 pertama yang dikonfirmasi. Sejumlah orang dengan gejala mencapai 2 juta orang lebih.

Kantor berita Korut, KCNA melaporkan negara yang terisolasi itu melaporkan pada Kamis (19/5/2022) jumlah orang dengan gejala bertambah 263.370 orang. Sehingga total kasus dengan gejala menjadi sekitar 2,24 juta termasuk 65 kasus kematian.

Baca Juga

KCNA tidak melaporkan berapa banyak kasus positif virus corona. Walaupun angka kasus infeksi tinggi tapi Korut masih mengaku berhasil mengendalikan pandemi dan berencana menggelar pemakaman kenegaraan bagi mantan jenderal.

"Bahkan dalam situasi prevensi epidemi darurat maksimal, produksi nomral di sektor-sektor kunci tetap normal dan proyek-proyek pembangunan skala besar didorong tanpa henti," kata KCNA.

"Hasil baik dilaporkan dengan stabil dalam perang anti-epidemi yang sedang berlangsung," tambahnya.

Dewan hak asasi manusia PBB memperingatkan tingginya angka kasus infeksi dan langkanya sumber medis dan vaksin maka konsekuensi pandemi Covid-19 bagi negara berpopulasi 25 juta orang itu akan "sangat menghancurkan". Organisasi Kesehatan Dunia khawatir penyebaran yang tidak diketahui dapat menimbulkan varian baru yang lebih mematikan.

Pada Rabu (18/5/2022) lalu Korut mengatakan wabah virus corona di negara itu berada "di jalur yang lebih disukai". Meski pemerintah Korea Selatan (Korsel) mengatakan sulit menyimpulkan karena tidak jelas jumlah kasus dan pasien Covid-19 di Korut.

Pemerintah Korut melaporkan kasus dengan gejala turun di Pyongyang tapi naik di daerah-daerah. Peneliti dari lembaga pemantau Korut, 38 North, Martyn Williams mengatakan tidak diketahui apakah error atau sengaja dimanipulasi tapi tidak dapat diketahui apakah laporan itu sepenuhnya akurat.

"Saya ragu mereka mengungkapkan gambaran yang sebenarnya," cicit Williams di Twitter.

Deputi penasehat keamanan nasional Korsel mengatakan Seoul dan Washington sudah menawarkan bantuan ke Korut untuk mengatasi pandemi. Termasuk dengan mengirimkan bantuan tapi Korut tidak menanggapi tawaran tersebut.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement