REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- DKI Jakarta akan menjadi tuan rumah ajang balap mobil listrik dunia, Formula E pada 4 Juni 2022 mendatang. Ajang balap itu merupakan batu loncatan bagi Jakarta memopulerkan kendaraan listrik untuk mewujudkan kota bebas emisi.
Asa Jakarta menjadi tuan rumah Formula E dimulai saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berkunjung ke New York dan menemui petinggi FIA pada 2019 lalu. Anies diumumkan melalui media sosialnya, Jakarta akan menjadi lokasi potensial ajang Formula E. Setelahnya, Co-Founder dan CCO Formula E, Alberto Longo, serta jajarannya kasak-kusuk ke Balai Kota DKI Jakarta. Tak lama kemudian, Jakarta tepatnya, resmi diputuskan menjadi tuan rumah salah satu lokasi gelaran tersebut pada 4 Juni 2022 nanti.
Rencana Anies menjadikan Jakarta sebagai tuan rumah balap mobil listrik itu, merupakan bagian dari rencana jangka panjang penggunaan electric vehicle atau kendaraan listrik di Jakarta. Indonesia saat ini memang serius mewujudkan net zero emission (NZE) pada 2060. Namun demikian, Anies berniat mempercepat targetnya di Jakarta pada 2050 nanti melalui kebijakan transportasi berkelanjutan atau sustainable mobility.
"Kita menjadi tuan rumah dari balap FE untuk mengirim pesan, transportasi masa depan adalah kendaraan listrik bebas emisi," ujar Anies saat mengumumkan Jakarta sebagai tuan rumah seri FE 2019 silam.
Senada dengannya, Ketua Pelaksana Formula E Indonesia, Ahmad Sahroni, menyebut Formula E di Jakarta merupakan ajang balap istimewa. Pasalnya, ada keberlanjutan energi bagi transportasi masa depan.
“Balapan dan transportasi masa depan sebenarnya akan pakai cara elektrik. Ini juga sejalan dengan upaya Indonesia menyikapi era modern. Semua akan pakai elektrik,” kata dia baru baru ini.
Sejauh ini, Jakarta telah serius mengembangkan kendaraan listriknya, mulai dari MRT, LRT, hingga peralihan TransJakarta ke mesin berbasis listrik secara berkala hingga 2030 nanti. Pengamat lingkungan dari Universitas Indonesia, Tarsoen Waryono, mengatakan, berdasarkan data Pemprov DKI, kendaraan roda dua dan empat bahan bakar fosil di Jakarta setiap harinya, yang berjumlah 23,5 juta, sangat mempengaruhi udara. Karenanya, dengan adanya peralihan ke transportasi listrik, kata dia, akan sangat berdampak positif nanti.
“Perubahan dampaknya akan efektif, apabila, paling tidak 25 persen jumlah kendaraan di DKI Jakarta sudah beralih ke energi listrik. Apalagi kalau sudah mencapai seluruhnya,” kata Tarsoen. Dia menyebut, perlu mengganti setidaknya 5,9 juta kendaraan listrik di Jakarta untuk mengurangi polusi secara signifikan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin mengatakan Formula E bisa semakin mempopulerkan kendaraan listrik pada masyarakat luas. Tak hanya masyarakat yang tertarik, pemerintah juga dinilainya semakin menaruh perhatian pada kendaraan listrik.
Secara umum, mengutip data KPBB dan Pemerintah, kata Ahmad, pada 2019, transportasi timbal menyumbang 255 juta ton polusi karbon dioksida (CO2). Khusus emisi karbon transportasi di Jakarta pada 2017 saja, katanya, mencapai 182,5 juta ton. Dia mencontohkan, besaran karbon dioksida yang mencemari udara dari sektor transportasi paling banyak adalah bus, seperti pada tahun 2017 di DKI, yang mencapai 145.778 ton per harinya.
“Jika tidak dihindarkan, akan bertambah menjadi 470 juta ton pada 2030 nanti,” tutur pria yang akrab disebut Puput itu.
Dengan adanya peralihan kendaraan listrik secara masif, pengurangan karbon dioksida dinilainya akan pesat. Dia menghitung, besaran polusi pada kendaraan listrik 135 kW (setara 2.000 cc) hanya akan mengeluarkan polusi CO2 sebesar 85 gr per Km nya. “Sekarang electric vehicle terbukti bisa lebih baik. Apalagi sudah diuji coba pada ajang formula. Kita harus pintar memanfaatkan momentum FE ini,” ujarnya.
Terkait target bebas emisi, Puput mengatakan percepatan bisa dilakukan jika upaya yang dilakukan Jakarta dan Pemerintah Pusat terus digaungkan.
“Nggak usah wait and see,” tuturnya.
Formula E Diminati
PT Jakarta Propertindo (Jakpro) mengungkapkan tiket penonton ajang balap Formula E dua pekan sebelum digelar pada 4 Juni 2022 telah terjual sebagian. Bahkan, tiket Formula E yang dijual sejak 1 Mei 2022 untuk kelas atas yaitu VIP dan VIVIP telah terjual lebih dari separo.
Direktur Jakpro, Gunung Kartiko mengatakan tiket VIP Formula E untuk pembagian lokasi Ombak Laut, Segara, dan Jimbaran sejumlah 1.050 tak bersisa.
“Untuk tiket VVIP berjumlah 1.500, juga sudah terjual 50 persen,” katanya di Jakarta, Kamis (19/5).
Menurutnya, tiket kelas Grandstand yang berjumlah 10 ribu juga telah terjual sekitar 60 persen hingga 70 persen. Sementara tiket kelas Festival, baru terjual 15 persen dari kuota 40 ribu plus 7.000.
Menurut Gunung, para pemilik tiket VIP dan VVIP tidak akan mendapat nomor kursi tetapi diberi name tag. Sementara pemilik tiket Grandstand, hanya akan mendapat keterangan lokasi.
“Misal blok 2A, bebas di mana aja kursinya asal di blok itu,” kata dia.
Berdasarkan pemetaan Gunung, pembeli tiket Formula E mayoritas atau setengahnya merupakan warga negara asing (WNA). Menurutnya, pembeli terbanyak datang dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
“Bahkan ada juga dari Amerika dan Eropa,” ujarnya.
Menurut dia, saat ini penjualan tiket masih dilakukan. Namun demikian, penjualan tiket akan dibatasi jika ada lonjakan.
“Untuk instansi besar kami batasi bulk ticketing. Sebab akan diprioritaskan untuk warga lokal,” tuturnya.
Tiket Formula E dijual dengan harga paling murah Rp 250 untuk kelas All Ancol theme park. Dengan tiket itu, penonton bisa menyaksikan balapan melalui layar raksasa di Ancol dan memanfaatkan semua fasilitas yang ada di Ancol.
Sementara, tiket tipe Bravery stage di Ancol Beach City Festival seharga Rp 450 ribu. Untuk kelas VIP, tipe Ombak Laut Suite seharga Rp 2 juta, disusul tipe Jimbaran Suite dan Segara Suite senilai Rp 3 juta.
Tiket kelas atas lainnya yakni Technology stage at Deluxe Suite dihargai Rp 7,5 juta. Sedangkan, Zero Emission Stage Royal Suite menjadi yang termahal dengan harga Rp 10 juta.