REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Raja Yordania Abdullah II mengatakan pada Kamis (19/5/2022), membatasi pergerakan saudara tirinya Pangeran Hamzah dan membatasi kontaknya dengan dunia luar. Tindakan ini untuk memastikan dia tidak bertindak bertentangan dengan kepentingan negaranya.
Hamzah yang merupakan mantan pewaris takhta Yordania ditempatkan di bawah tahanan rumah tahun lalu. Dia dituduh pada April 2021 mencoba mengacaukan monarki dalam rencana yang diilhami asing, tetapi terhindar dari hukuman setelah berjanji setia kepada Raja.
Sebuah pernyataan pengadilan kerajaan mengatakan Raja telah menyetujui rekomendasi oleh dewan keluarga kerajaan yang memutuskan pembatasan pergerakan, tempat tinggal, dan komunikasi pangeran yang terasing itu. Seorang kepala penasihat kerajaan Bassem Awadallah dan seorang anggota kerajaan di bawah umur dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena keterlibatan mereka dalam dugaan plot kudeta.
Pria berusia 42 tahun itu diangkat menjadi Putra Mahkota ketika Raja Hussein meninggal pada 1999 dan Abdullah II menjadi Raja selanjutnya. Tapi, dia kehilangan gelar itu lima tahun kemudian ketika Abdullah II mengangkat putranya sendiri sebagai ahli waris sebagaimana diatur dalam konstitusi.
Perseteruan itu mengguncang citra Yordania sebagai surga stabilitas di Timur Tengah yang tak terduga. Raja mengatakan dalam sebuah surat kepada warga Yordania bahwa dia telah melakukan pengendalian diri, toleransi, dan kesabaran sepenuhnya dengan adik tirinya yang tidak pernah menyerah selama bertahun-tahun dari delusi untuk mengambil alih takhta.
Raja Yordania mengatakan, Hamzah sekarang akan kehilangan ruang lingkup untuk memungkinkan menjadi ancaman lagi bagi negaranya, setelah menghabiskan semua kesempatan untuk bertobat. "Kami akan memberi Hamzah semua yang dia butuhkan untuk menjalani kehidupan yang nyaman, tetapi dia tidak akan memiliki ruang yang pernah dia gunakan untuk menyinggung bangsa, institusinya, dan keluarganya, atau untuk merusak stabilitas Yordania," katanya.
Orang dalam istana mengatakan bahwa sejak krisis muncul, Hamzah dibiarkan hidup dalam gaya mewah bersama keluarganya di sebuah istana di dalam kompleks kerajaan. Dia pun mendapatkan semua hak istimewa dan tunjangan seorang pangeran, memungkinkan melakukan panggilan internet dan telepon.
Istana marah ketika pangeran yang terasing itu mengumumkan bulan lalu bahwa melepaskan gelar kerajaannya sebagai protes atas kebijakan Yordania saat ini. Istana mengatakan bahwa di bawah hukum keluarga, gelar hanya dapat dicabut oleh raja. Perlawanan Hamzah telah mereda setelah dia mengeluarkan permintaan maaf pada Maret dengan berjanji untuk tidak bertindak melawan kepentingan penguasa Yordania.