Jumat 20 May 2022 13:50 WIB

Imbas PMK, Stok Sapi Kota Bandung Hanya Penuhi 20 Persen Kebutuhan

Ketersediaan domba di Kota Bandung hanya mencapai 10 persen dari kebutuhan.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nur Aini
Petugas memeriksa kesehatan hewan sapi di UPT Rumah Potong Hewan (RPH) Ciroyom, Jalan Arjuna, Cicendo, Kota Bandung, Rabu (18/5/2022). Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung berupaya mencegah penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) khususnya di RPH dengan memastikan dokumen kesehatan dan administrasi hewan ternak, penyemprotan disinfektan secara berkala, pemeriksaan kesehatan, serta menyiapkan kandang isolasi untuk hewan ternak. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas memeriksa kesehatan hewan sapi di UPT Rumah Potong Hewan (RPH) Ciroyom, Jalan Arjuna, Cicendo, Kota Bandung, Rabu (18/5/2022). Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung berupaya mencegah penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) khususnya di RPH dengan memastikan dokumen kesehatan dan administrasi hewan ternak, penyemprotan disinfektan secara berkala, pemeriksaan kesehatan, serta menyiapkan kandang isolasi untuk hewan ternak. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) mengintai Kota Bandung, menyusul temuan kasus di empat kecamatan di Kabupaten Bandung. Imbasnya, pasokan hewan ternak hanya mempu memenuhi 20 persen dari jumlah ideal kebutuhan daging sapi menjelang Idul Adha. Hal serupa juga terlihat pada ketersediaan domba yang hanya mencapai 10 persen dari kebutuhan. 

“Idealnya untuk sapi 5.000 ekor, kalau domba itu 15.000, itu kondisi normal. Tapi sekarang sapi cuma sekitar 980 ekor dari 50 peternakan, kalau domba 1.118 ekor dari 150 peternakan,” kata Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Bandung Ema Sumarna saat melakukan peninjauan ke salah satu peternakan sapi di Arcamanik, Kota Bandung, Jumat (20/5/2022). 

Baca Juga

Penurunan jumlah hewan ternak, kata Ema, memang sudah terlihat sejak merebaknya wabah Covid-19. Kondisi itu semakin memburuk dengan adanya wabah PMK yang membuat beberapa wilayah penyuplai hewan ternak terpaksa menghentikan pengiriman, seperti daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

“Sekarang saya dengar di Kabupaten bandung, Sumedang, dan KBB (kabupaten Bandung Barat) sudah ada, Kota Bandung kan di lingkari daerah ini. Makanya kita antisipasi ini harus lebih maksimal. Belum lagi nanti ada pedagang musiman dari banyak daerah. Nah ini yang harus benar benar kita awasi betul,” kata Ema. 

Langkah antisipatif yang dilakukan adalah memperketat perizinan dan pemeriksaan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH). Selain itu, Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian juga mengupayakan diberlakukannya rapid tes dan vaksinasi hewan ternak. 

“Rapid tes ini sebenarnya sesuatu yang tidak terduga dan bentuk kehati-hatian kami ya, karena kalau lihat dari anggaran DKPP sebenarnya ini (anggaran rapid tes) tidak ada. Jadi ini kaya persoalan, tapi ini bisa dibebankan ke peternak atau ke pembeli karena harganya tidak spektakuler,” kata Ema. 

Sedangkan untuk vaksinasi, kata Ema, masih menunggu kiriman dari Pemerintah Pusat yang diperkirakan baru terealisasi pada Agustus 2022 mendatang. “Vaksin kan tergantung dari pusat, kita tidak dalam posisi memiliki otoritas itu, kita masih menunggu. Termasuk lab juga kan kita masih bergantung, tempatnya ada di Subang. Karena kemarin di Kota Bandung ada satu kasus dan begitu diuji ke sana hasilnya negatif,” kata Ema. 

Sebelumnya, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) melakukan lockdown distribusi ternak yang masuk ke rumah potong hewan (RPH) Kota Bandung. Kepala UPDT RPH Kota Bandung, Endang Priatna mengatakan hal tersebut dilakukan guna mencegah masuknya ternak yang rentan terkena wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) terutama pada ternak yang berasal dari daerah rentan PMK. 

"Kami sejak 14 Mei telah lakukan lockdown hewan sapi yang masuk ke RPH. Kegiatan pemotongan pun yang biasanya rata-rata per hari 40 ekor, kini adanya wabah PMK jadi hanya per hari 31 ekor," ujar Endang saat dihubungi, Kamis (19/5/2022).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement