Jumat 20 May 2022 14:21 WIB

ACT Bantu Kekeringan Somalia dengan Membangun Sumur Wakaf

Awal Mei ini satu unit Sumur Wakaf kembali dibangun di Desa Gubadley, Kota Banaadir.

Rep: umar mukhtar/ Red: Hiru Muhammad
Aksi Cepat Tanggap (ACT) membagikan ratusan paket pangan untuk keluarga di pengungsian di Kota Mogadishu, Somalia,
Foto: ACT
Aksi Cepat Tanggap (ACT) membagikan ratusan paket pangan untuk keluarga di pengungsian di Kota Mogadishu, Somalia,

REPUBLIKA.CO.ID,BANAADIR -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyalurkan dana para wakif untuk membangun Sumur Wakaf di Somalia. Pada awal Mei kemarin, satu unit Sumur Wakaf kembali dibangun di Desa Gubadley, Kota Banaadir. Firdaus Guritno dari tim Global Humanity Network ACT menjelaskan, wilayah Banaadir adalah salah satu wilayah selatan di Somalia.

Banaadir juga berbatasan dengan Lowershabelle, Middle Shabelle dan Samudera Hindia. Sementara desa tempat dibangunnya sumur ini dihuni sekitar 50 kepala keluarga, yang berjumlah sekitar 300 jiwa. Sebagian besar dari mereka adalah pengungsi miskin yang sangat dampak kekeringan di sana.

Baca Juga

"Wilayah selatan merupakan wilayah yang paling terkena dampak kekeringan dan pada saat yang sama, menampung pengungsi yang jumlahnya selalu bertambah. Sumur yang ada di sana tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar air dan sanitasi masyarakat. Para wanita dan anak perempuan biasanya yang bertugas mengumpulkan air dari sumber-sumber air yang jauh," kata Firdaus, dalam keterangan pers yang diterima, Kamis (19/5).

Sumur wakaf ini mampu mengalirkan ribuan liter air per harinya, sehingga mampu menunjang kebutuhan dasar para warga Desa Gubadley di sana, baik kebutuhan sanitasi maupun konsumsi. "Karena air itu merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Insyaallah, sumur wakaf ini bisa menjadi keberkahan bagi saudara-saudara kita di Somalia," kata Firdaus.

Kemarau biasanya datang dan pergi. Tetapi di Tanduk Afrika, termasuk Somalia, musim kering sudah berlangsung selama hampir dua tahun lamanya. Selama itu, Somalia mengalami musim hujan yang buruk tiga kali berturut-turut. Air yang seharusnya turun ketika musim hujan tidak membasahi bumi Somalia, membuat kekeringan di negara mayoritas muslim tersebut menjadi semakin parah dan mengkhawatirkan.

Unit Pengelolaan Informasi Air dan Tanah Somalia (FAO SWALIM) menyatakan kekeringan terjadi rata hampir di seluruh wilayah Somalia, dari timur laut hingga yang terparah di wilayah selatan Somalia. Sekitar 3,5 juta penduduk Somalia pun terdampak. Banyak dari mereka mengalami kerawanan pangan akut. Sementara anak-anak dilanda peningkatan kasus malnutrisi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement