Jumat 20 May 2022 14:46 WIB

Pemimpin Komunis Sudan Ditangkap saat Protes Berkecamuk

Protes berkecamuk selama tujuh bulan menentang kekuasaan militer.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Para pengunjuk rasa bentrok dengan pasukan keamanan saat mereka menembakkan gas air mata untuk mencegah mereka berbaris menuju istana presiden selama demonstrasi menuntut pemerintahan sipil, di Khartoum, Sudan, Kamis, 19 Mei 2022.
Foto: AP Photo/Marwan Ali
Para pengunjuk rasa bentrok dengan pasukan keamanan saat mereka menembakkan gas air mata untuk mencegah mereka berbaris menuju istana presiden selama demonstrasi menuntut pemerintahan sipil, di Khartoum, Sudan, Kamis, 19 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Seorang politisi terkemuka Sudan dari Partai Komunis Sudan ditangkap pada Kamis (19/5/2022). Protes berkecamuk di ibu kota Khartoum selama tujuh bulan menentang kekuasaan militer dengan gas air mata dan pengerahan pasukan keamanan secara besar-besaran.

Partai Komunis Sudan mengatakan, pemimpinnya Mohamed Mukhtar Al-Khatib telah ditangkap. Penangkapan itu terjadi menyusul kunjungan ke Juba ketika dia bertemu dengan para pemimpin pemberontak terkemuka Sudan.

Baca Juga

Kelompok yang telah menjadi garis paling keras melawan kudeta dan kesepakatan di masa depan ini sedang mengejar front persatuan melawan kudeta. Kudeta militer pada Oktober secara efektif mengakhiri kesepakatan pembagian kekuasaan antara para jenderal yang menggulingkan Presiden Omar al-Bashir dan partai-partai politik yang menentangnya pada 2019.

Ekonomi Sudan terus mandek karena pemerintah tidak memiliki perdana menteri sejak Januari. Bisnis mandek sementara warga menghadapi kenaikan tajam dalam harga makanan, listrik, dan bahan bakar. Para pengunjuk rasa berbaris di bawah terik matahari ketika pasukan keamanan, termasuk Polisi Cadangan Pusat yang didukung Amerika Serikat dikerahkan di titik-titik penting di sepanjang rute protes.

"Militer telah gagal secara ekonomi, politik dan psikologis dalam segala hal," kata seorang pengunjuk rasa berusia 30 tahun dan insinyur pengangguran yang menolak menyebutkan namanya karena takut akan pembalasan.

"Mereka hanya keras kepala sekarang, tapi kami lebih keras kepala," katanya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement