Jumat 20 May 2022 14:50 WIB

Gara-Gara Ditipu Calo, Banyak Umat Islam Naik Haji Hanya Sampai Singapura

Jamaah yang kena tipu dan hanya diberangkatkan sampai Singapura, dikenal dengan istilah "Haji Singapur".

Rep: Kurusetra/ Red: Partner
.
Foto: network /Kurusetra
.

Haji Singapur. Dulu banyak calon jamaah haji yang kena tipu, dijanjikan pergi ke Tanah Suci, tetapi ternyata hanya sampai Singapura. Foto: IST.
Haji Singapur. Dulu banyak calon jamaah haji yang kena tipu, dijanjikan pergi ke Tanah Suci, tetapi ternyata hanya sampai Singapura. Foto: IST.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Pada abad ke-18 dan 19, gairah umat Islam Nusantara pergi haji sudah membuncah. Walaupun Pemerintah Hindia Belanda dengan segala tipu daya mencoba menghentikan jumlah umat Islam yang ingin pergi ke Tanah Suci. Penyebabnya apalagi kalau bukan ketakutan kehilangan eksistensi kolonialnya di negeri jajahan.

Di era itu, banyak cara untuk pergi haji. Salah satunya lewat Singapura. Cukup banyak jamaah Indonesia yang bertolak ke Tanah Suci melalui Singapura. Yang tinggal di Pulau Jawa, berangkat melalui dua pelabuhan, Batavia dan Surabaya. Setelah beristirahat beberapa lama di Singapura, barulah ke Jeddah.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Kecelakaan Mobil, Penumpang Gegar Otak Kecuali Pak Menteri, Ternyata Gak Ada Otaknya

Dahulu memang pergi haji perlu waktu berbulan-bulan, bahkan ada kalanya hitungan tahun. Kalau sekarang mah dengan pesawat ditempuh hanya sembilan jam. Naik haji dengan kapal uap baru dimulai 1920, sebelumnya, kapal layar harus singgah di banyak pelabuhan.

Bahkan, dengan kapal uap, pergi haji perlu waktu tiga-empat bulan baru kembali ke Tanah Air. Ini termasuk perjalanan Jakarta–Jeddah pulang pergi. Saat telekomunikasi masih minim, keluarga di Tanah Air tidak memperolah kabar bagaimana keadaan kerabatnya di Tanah Suci.

BACA JUGA: Kemarahan Soekarno Memuncak: Separuh Kekayaan Singapura Berasal dari Kerja Keras Rakyat Sumatra


Pada 1970-an, terjadi booming minyak. Ketika itulah banyak warga Betawi menunaikan ibadah terlebih dulu dengan cara menjual tanah atau terkena gusuran untuk proyek. Tak heran, saat itu muncul istilah ‘haji gusuran’.

Ketika itu, pesawat terbang menggantikan kapal laut dan jumlah jamaah berhaji meningkat drastis. Kalau tahun-tahun 1949 sampai 1969, rata-rata 15 ribu jamaah haji Indonesia yang menunaikan ibadah per tahun, pada 1970-an meningkat lebih dua kali lipat.

BACA JUGA: Dengan Segala Tipu Daya, Belanda Coba Hentikan Perjalanan Ibadah Haji Muslim Indonesia

Kala itu, ketika hampir seluruh angkutan tergantung kapal laut, pemerintah hanya mampu memberangkatkan sekitar 15 ribu sampai 16 ribu jamaah. Waktu itu diberlakukan kotum (semacam daftar tunggu). Untuk mendapatkannya harus menunggu bertahun-tahun karena terbatasnya angkutan.

Untuk mendapatkan kotum agar bisa pergi haji, ada jalan belakang: Jual beli kotum haji. Tentu saja, harganya lebih mahal dari harga resmi. Banyak kisah sedih dialami para calon jamaah haji. Tidak terhitung banyaknya yang menjadi korban penipuan yang dilakukan para calo.

BACA JUGA: UAS Dideportasi, Teringat Gus Dur yang Marah ke PM Singapura karena Sebut Indonesia Sarang Teroris


Di Jakarta, terdapat biro perjalanan haji yang melakukan penipuan besar-besaran kepada mereka yang berminat menunaikan ibadah haji. Ada istilah ‘haji singapur’, karena jamaah yang kena tipu hanya diberangkatkan sampai Singapura.

Sayangnya, sejak dulu (hingga kini), jamaah haji seringkali menjadi korban penipuan. Mulai dari saat berangkat di Tanah Air mereka sudah 'diperas' oleh para syekh. Pengertian syekh di sini adalah agen atau para calo tiket kapal dari perusahaan-perusahaan milik Inggris dan Belanda.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Romo Ledek Kiai Dilarang Makan Daging Babi, Kiai Balas Romo Kok Gak Boleh Menikah

Kadang-kadang para calon haji, karena kehabisan perbekalan dan menjadi korban penipuan syekh, akhirnya hanya sampai di Singapura. Karena itu, pada akhir abad ke-18 dan ke-19 dikenal istilah 'Haji Singapura'. Karena para calon haji ini hanya sampai di kota itu saja perjalanannya, jadi korban syekh dan calo-calo.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Humor Gus Dur: Orang Jepang Sombong Mati Kutu di Depan Sopir Taksi

> Rektor ITK Singgung Manusia Gurun, Teringat Humor Gus Dur Tentang Unta Hewan Gurun yang Pendendam

> Kiai Tampar Anggota Banser: Kiai Gak Dijaga Malah Gereja yang Dijaga!

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Advertisement