Sabtu 21 May 2022 03:10 WIB

Bagaimana Prosedur Hingga Personel Kepolisian Bisa Jadi Pasukan Perdamaian?

140 personel terbaik Polri tengah menjalani misi perdamaian dunia di Afrika Tengah

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Pasukan penjaga perdamaian PBB Indonesia melemparkan senapan mereka ke udara selama upacara untuk menandai pengalihan wewenang antara yang keluar dan kepala misi yang baru diangkat di markas UNIFIL di kota selatan Lebanon Naqoura, Lebanon, Senin, 28 Februari 2022 .
Foto: AP/Mohammed Zaatari
Pasukan penjaga perdamaian PBB Indonesia melemparkan senapan mereka ke udara selama upacara untuk menandai pengalihan wewenang antara yang keluar dan kepala misi yang baru diangkat di markas UNIFIL di kota selatan Lebanon Naqoura, Lebanon, Senin, 28 Februari 2022 .

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM - Salah seorang anggota Brimob Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) Aipda Lalu Romi H. Putra berbagi cerita pengalamannya saat mengikuti misi perdamaian dunia di Bangui, Ibu Kota Republik Afrika Tengah. Dalam keterangan tertulis yang diterima di Mataram, Jumat (20/5/2022), Lalu Romi menceritakan pengalamannya

Ia berkisah mulai dari tahap perekrutan, pelatihan, hingga ketika menjalani tugas perdamaian dunia di Bangui. "Proses saya bergabung dalam misi perdamaian dunia ini diawali dengan seleksi ketat di tahun 2020," kata Lalu Romi.

Baca Juga

Pria asal Kampung Srigangge, Kelurahan Tiwu Galih, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah itu menceritakan dirinya menjalani proses seleksi selama satu bulan di Mabes Polri, Jakarta. Dalam proses seleksi tersebut, dia bersaing dengan anggota Polri dari seluruh Indonesia. Seleksi yang dijalani Lalu Romi mulai dari tahap administrasi, tes kesehatan, jasmani, psikologi, menembak, mengemudi, kemampuan komputer, hingga tes Bahasa Inggris.

"Alhamdulillah semua tahapan seleksi bisa saya jalani dan dinyatakan lulus," tambahnya.

Setelah dinyatakan lulus tes, Lalu Romi kemudian menjalani Latihan Pra Tugas (Latpragas) di Pusat Latihan Misi Perdamaian Dunia di Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Pelatihan itu diselenggarakan oleh Divisi Hubungan Internasional Mabes Polri selama enam bulan, sejak April hingga September 2021.

"Di sana kami diberikan pelatihan dan pengetahuan, baik secara teori maupun praktik, tentang tugas pokok dalam melaksanakan misi perdamaian dunia," ucap dia.

Berbagai latihan yang diperoleh Lalu Romi selama pelatihan di Serpong antara lain Escort (pengawalan VVIP), Riot Control (penanganan demonstrasi), CQB (pertempuran jarak dekat/dalam ruangan), Urban Warfare (perang kota), Jungle Warfare (perang hutan), pengamanan markas komando, patroli, bela diri, dan menembak. "Selain itu, kami juga dibekali kemampuan Bahasa Inggris, Bahasa Prancis, serta pengetahuan dasar wilayah Afrika Tengah, termasuk pengetahuan soal latar belakang konflik bersenjata maupun budaya dan sosial di sana," jelasnya.

Pelatihan selama enam bulan itu ditutup dengan kegiatan pembulatan, yaitu Jalan Juang di Pulau Tegal Mas, Lampung. Dalam kegiatan tersebut, Lalu Romi bersama personel Polri lain melakukan perjalanan jauh dengan jarak sekitar 40 kilometer.

"Setelah selesai, untuk menandai bahwa kami sudah resmi menjadi pasukan perdamaian, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menggelar upacara pembaretan United Nation (UN), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menandakan kami sah menjadi peacekepeer," katanya.

Usai pembaretan, Lalu Romi yang tergabung dalam 140 personel terbaik Polri, mendapat tugas sebagai pasukan perdamaian di daerah Bangui, bagian wilayah Afrika Tengah, sejak 13 September 2021. Dia dan pasukan perdamaian tersebut tergabung dalam Pasukan Garuda Bhayangkara Formed Police Unit3 United Nations, Multidimensional Integrated Stabilization Mission In The Central Africa Republic (MINUSCA).

Kini, Lalu Romi bersama 139 personel terbaik Polri sudah sembilan bulan menjalani misi perdamaian dunia di Bungai, Afrika Tengah. Selama bertugas, Lalu Romi mengaku mengalami banyak suka, duka, dan tantangan, terutama dalam menghadapi kondisi alam yang jauh berbeda dengan tanah kelahirannya di Lombok, NTB.

"Tantangan lain juga kami rasakan ketika deploy (menyebar) ke daerah rawan, patroli ke kamp pengungsian, pengawalan pers UN, aset UN yang daerahnya masih ada pemberontak bersenjata," jelasnya.

Untuk bertahan dalam menghadapi semua tantangan itu, dia mengaku selalu menjaga stamina dan kesehatan dengan rutin berolah raga serta berlatih. Semangat dan motivasi yang tinggi tetap ditanamkan dalam dirinya. "Tidak lupa juga kami beribadah dan berdoa supaya kami tetap sehat, supaya kami bisa menjaga nama baik Indonesia di dunia Internasional," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement