REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Pihak berwenang Israel menyerukan penutupan lebih awal untuk festival api unggun keagamaan, Kamis (19/5/2022) waktu setempat. Langkah ini dilakukan setelah puluhan orang Yahudi ultra-Ortodoks mengamuk terhadap tindakan pengendalian massa. Padahal, pengendalian massa tersebut yang dimaksudkan untuk mencegah terulangnya kerusuhan yang menewaskan 45 orang tahun lalu.
Stasiun TV menunjukkan peziarah merobohkan barikade keamanan dan bentrok dengan polisi di makam Meron dari orang bijak abad kedua, Rabi Shimon Bar Yochai. Tempat itu digunakan sebagai perayaan dua hari tahunan yang dapat menarik sebanyak 200 ribu orang.
Setelah kehancuran tahun 2021, pihak berwenang membatasi jumlah pengunjung yang diizinkan masuk pada satu waktu dan mengharuskan mereka tiba hanya dengan bus resmi. Antar-jemput bus ditutup pada sore hari, beberapa jam sebelum festival biasanya berakhir saat matahari terbenam.
"Kami meminta maaf kepada banyak peziarah atas penderitaan yang disebabkan oleh sekelompok ekstremis yang memilih untuk melanggar ketertiban umum," kata pihak penyelenggara seperti dikutip laman Middle East Monitor, Jumat (20/5/2022).
Pihaknya juga mengatakan bahwa tindakan ini telah menciptakan ketidakmampuan untuk mempertahankan standar keselamatan yang ditetapkan. Dalam video konfrontasi yang ditayangkan di Channel 12, beberapa orang ultra-Ortodoks terdengar meneriakkan "Nazi, Nazi," kepada polisi dan melemparkan botol air ke staf keamanan.