Belum lama ini, laporan di The Lancet mengajukan teori serupa dengan yang dirangkum oleh Malley yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
"Secara hipotesis, dengan artikel Lancet ini, dan sekali lagi, saya pikir ini adalah hipotesis bahwa terinfeksi Covid-19 entah bagaimana mengubah kemampuan anak-anak untuk merespons dengan satu cara atau lain ke virus lain," kata Malley, dilansir Today, Jumat (20/5/2022).
Namun, Malley menekankan bahwa penyelidikan masih dalam tahap awal. "Ini adalah pembuatan hipotesis. Ini bukan pengujian hipotesis. Kami hanya mengatakan, apakah ini sebuah kemungkinan?" ujar Malley.
Malley juga menawarkan dua hipotesis lain di samping Covid-19. Yang paling sederhana adalah versi baru adenovirus 41 telah beredar, dan memiliki sifat atau mutasi yang sedikit berbeda yang membuatnya mendukung infeksi di hati.
Teori lain yang mungkin adalah bahwa anak-anak ini mungkin lebih rentan terhadap hepatitis karena alasan apa pun, tetapi mereka tidak terpapar selama dua tahun atau lebih karena lockdown selama pandemi. Ditanya mengapa kasus-kasus itu tampaknya mulai meningkat pada Oktober 2022, Malley mengatakan belum memiliki informasi tentang hal itu.
"Mungkin, adenovirus 41 aneh ini yang menyebabkan ini, dan itu tidak ada hubungannya dengan Covid-19. Itu masih kemungkinan,” kata dia.
Malley menekankan pentingnya orang tua mengetahui gejala hepatitis dan menyadari kasus di komunitas. Ayah dan bu harus ekstra cepat mencari perawatan medis jika anak mengalami gejala, terutama menguning di bagian kulit dan mata.
Gejala hepatitis lainnya ialah nyeri atau nyeri perut, kelelahan, urine berwarna gelap, tinja berwarna terang, mual, muntah, atau pembengkakan perut.