Sabtu 21 May 2022 01:20 WIB

Hilangnya Turis Rusia Diprediksi Rugikan Pariwisata Eropa

Sanksi yang dijatuhkan oleh Barat terhadap Rusia malah mulai menjadi bumerang

Rep: Santi Sopia/ Red: Christiyaningsih
Wisatawan tanpa masker berjalan di area Louvre Museum di Paris, Prancis, Senin (14/3/2022). Sanksi yang dijatuhkan oleh Barat terhadap Rusia malah mulai menjadi bumerang karena merugikan sektor pariwisata. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Francois Mori
Wisatawan tanpa masker berjalan di area Louvre Museum di Paris, Prancis, Senin (14/3/2022). Sanksi yang dijatuhkan oleh Barat terhadap Rusia malah mulai menjadi bumerang karena merugikan sektor pariwisata. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Tidak adanya pelancong Rusia selama liburan Mei dinilai menjadi bencana bagi sektor pariwisata Eropa. Para ahli telah memperkirakan kerugian miliaran dolar AS.

Konflik Ukraina telah menyebabkan rendahnya jumlah wisatawan dari Rusia. Industri resor Eropa mulai merasakan kesulitan selama liburan Mei karena hilangnya wisatawan Rusia. Analis Eropa mengatakan bahwa yang terburuk belum datang. Turis Eropa tidak akan mampu mengisi kesenjangan karena meningkatnya biaya penerbangan, layanan wisata, makanan, maupun akomodasi. 

Baca Juga

Turis di Jerman dan AS sedang bersiap untuk kejutan harga yang belum pernah terjadi sebelumnya karena kondisi tertentu. Sanksi yang dijatuhkan oleh Barat terhadap Rusia malah mulai menjadi bumerang.

Uni Eropa sepenuhnya menutup wilayah udara untuk Rusia sejak 27 Februari. Badan Transportasi Udara Federal membatasi penerbangan di atas wilayah Rusia untuk maskapai dari 36 negara, menurut laporan outlet berita Rusia Izvestia. Selain itu, calon pelancong dari Rusia khawatir dengan situasi di negara-negara yang diakui oleh Kremlin sebagai negara yang 'tidak ramah'.

"Saya menunggu dan berharap setidaknya pada 2022, Covid-19 akan hilang dan kebebasan bergerak di seluruh dunia akan kembali, tapi saya pikir lebih baik di rumah," kata Roman Biryukov, pemilik perusahaan besar Moskow kepada TRT Russian.

Seorang kolumnis di surat kabar Inggris The Telegraph menyoroti bahwa Republik Ceko, Italia, Prancis, serta Montenegro, yang dulu menarik turis Rusia, termasuk pembeli lokal real estat mewah, sudah paling menderita. Para pelaku bisnis perhotelan di Eropa juga khawatir akan kekurangan turis kaya. Pengusaha dari Tuscany di Italia dan Cote d'Azur di Prancis memperingatkan tentang kemungkinan skenario seperti itu.

Outlet media Eropa lainnya juga telah mengonfirmasi tidak adanya turis Rusia telah diperhatikan oleh agen real estat dan pemilik fasilitas di Italia. Turis Rusia disebut lebih sering datang untuk liburan dan menghabiskan lebih banyak uang daripada orang Italia dan turis lainnya.

Namun, menurut penulis perjalanan, korban terbesar dari situasi saat ini adalah Siprus yang dikelola Yunani, karena industri pariwisatanya adalah seperempat dari ekonomi negara itu. Wisatawan dari negara lain, seperti Inggris Raya, Jerman, dan Israel, tidak mampu mengganti kekosongan turis Rusia.

Menurut Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO), yang dikutip oleh Asosiasi Operator Tur Rusia (ATOR) di situs webnya, industri pariwisata global mungkin kehilangan lebih dari 14 miliar dolar AS karena operasi militer di Ukraina, yang anti-Rusia. Akan tetapi ini hanya puncak gunung es.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement