Ahad 22 May 2022 06:49 WIB

Din Syamsuddin: Kolaborasi Rusia-Dunia Islam Bisa Jadi Model dan Jembatan Peradaban

Kolaborasi Rusia-dunia Islam adalah mungkin bahkan mendesak.

Din Syamsuddin (kiri) bersama Grand Mufti of Russia Shaikh Talgat Tadzhuddin.
Foto: Istimewa
Din Syamsuddin (kiri) bersama Grand Mufti of Russia Shaikh Talgat Tadzhuddin.

REPUBLIKA.CO.ID, KAZAN -- Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015 Din Syamsuddin sejak 19 Mei 2022 berada di Ibu Kota Republik Tatarstan Rusia, Kazan, untuk menghadiri serangkaian acara. 

Pada Kamis  (19/5), Din Syamsuddin menghadiri pembukaan Kazan Expo, yaitu pameran berbagai produk dari berbagai negara Islam. Kazan Expo juga dirangkaikan dengan Halal Expo. Kedua kegiatan ini berlangsung di sebuah kompleks pameran luas dekat Bandara Kazan.

Keesokan harinya, Jumat (20/5), Din Syamsuddin mengikuti Sidang Group for Strategic Vision Russian Federation-Islamic World. Kelompok ini terdiri dari sejumlah tokoh (baik agama, akademisi, maupun politik), dari Federasi Russia dan beberapa negara Islam. Pada mulanya kelompok ini dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Rusia Yveny Primakov dan sekarang oleh Mr Rustam Minikhanov, presiden Republik Tatarstan.

Pertemuan ke-16 sejak kelompok itu didirikan pada 2006 membahas isu-isu global mutakhir. Setelah mendengarkan ucapan selamat dari Presiden Putin, dan pengantar dari Presiden Rustam Minikhanov, ketua kelompok, para anggota satu per satu menyampaikan pandangannya. 

Sebagai anggota Kelompok Visi Strategis Russia-Dunia Islam dari Asia, Din Syamsuddin menyatakan bahwa dunia sekarang menghadapi kekacauan (disorder) dan ketakpastian (uncertainty),  terutama pada masa pascapandemi. "Keadaan demikian adalah resultante dari masa pasca Perang Dingin yang mendorong globalisasi," kata Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta ini dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (21/5). 

Namun, kata dia, proses ini masih membuka jalan bagi liberalisasi ekonomi dan politik, serta menampilkan kekuatan hegemonik yang mendesakkan arus liberal tadi. "Penerapannya yang mengambil bentuk standard ganda menciptakan ketakadilan global (global injustice). Inilah masalah serius peradaban dunia dewasa ini,” ujarnya. 

photo
Din Syamsuddin bersama Presiden Republik Tatarstan Rustam Minikhanov dan Wakil Sekjen OKI Dr Ahmed Sareer, di Kazan, Sabtu (21/5).  (Foto: Istimewa)

Di akhir pidatonya, Din Syamsuddin sebagai anggota kelompok mengatakan bahwa kolaborasi Rusia-dunia Islam adalah mungkin bahkan mendesak. Maka, menurut ketua MPP Partai Pelita ini, Kelompok Visi Strategis ini harus berlanjut pada pelaksanaan misi strategis, yakni mendorong kerja sama kedua belah pihak secara nyata, baik dalam skema government to government, maupun people to people ataupun goverment to people. “Kolaborasi Rusia-Dunia Islam bisa menjadi model dan menjadi jembatan peradaban bagi terwujudnya tata dunia baru yang damai, sejahtera, berkeadilan, dan berkeadaban,” katanya.

Pada kesempatan berada di Rusia, Din Syamsuddin sebagai Chairman of World Peace Forum mengundang Presiden Tatatstan Rustam Minikhanov untuk hadir pada World Peace Forum ke-8 yang diadakan oleh Center for Dialogue and Cooperation among Covilizations (CDCC) dan Universitas Muhammadiyah Surakarta, di Solo, 16-17 Nopember 2023 yang akan datang.

Presiden Rustam Minikhanov bersama seluruh peserta Sidang menjadi bagian dari peletakan batu pertama sebuah masjid besar di Ibu Kota Kazan, menambah jumlah 500-an masjid di Republik Tatarstan, bagian dari Federasi Russia yang mayoritas penduduknya beragama Islam itu. 

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, seluruh  peserta diajak ke Bulgar, satu setengah jam di luar Kazan, di tepi sungai besar nan indah. Itu dimaksud untuk memperingati 1.100 tahun diadopsinya Islam di Tatarstan, Russia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement