Ahad 22 May 2022 17:45 WIB

AS Khawatirkan Penemuan Kasus Cacar Monyet di Sejumlah Negara

Biden mengaku khawatir perkembangan penemuan kasus cacar monyet di sejumlah negara

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Foto yang dipasok CDC pada 1997 menunjukkan salah satu kasus cacar monyet di Republik Demokratik Kongo.  Ilmuwan masih belum mengerti penyebab kian banyaknya kasus cacar monyet terdeteksi di Eropa dan Amerika Utara pada 2022. Penyakit ini awalnya banyak ditemukan di Afrika.
Foto: CDC via AP
Foto yang dipasok CDC pada 1997 menunjukkan salah satu kasus cacar monyet di Republik Demokratik Kongo. Ilmuwan masih belum mengerti penyebab kian banyaknya kasus cacar monyet terdeteksi di Eropa dan Amerika Utara pada 2022. Penyakit ini awalnya banyak ditemukan di Afrika.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengaku mengkhawatirkan perkembangan penemuan kasus cacar monyet di sejumlah negara. Biden mengungkapkan telah menjalin diskusi dengan penasihat-penasihatnya tentang virus tersebut.

“Kami sedang bekerja keras untuk mencari tahu apa yang kami lakukan dan vaksin apa yang mungkin tersedia untuk (penyakit) itu,” kata Biden sebelum bertolak dari Seoul, Korea Selatan (Korsel) menuju Tokyo, Jepang, Ahad (22/5/2022), dilaporkan Bloomberg.

Baca Juga

Menurut Biden, penemuan puluhan kasus cacar monyet di sejumlah negara harus menjadi perhatian. Sebab jika penyakit itu menyebar, akan ada dampak yang harus dipikul. “Ini adalah sesuatu yang semua orang harus khawatirkan,” ucapnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi akan ada lebih banyak kasus cacar monyet muncul di negara-negara yang biasanya tak menemukan penyakit tersebut. Sejauh ini, sudah terdapat 92 kasus terkonfirmasi dan 28 kasus dugaan cacar monyet di 12 negara anggota WHO yang tidak endemik virus terkait.

"Informasi yang tersedia menunjukkan bahwa penularan dari manusia ke manusia terjadi di antara orang-orang yang melakukan kontak fisik dekat dengan kasus-kasus yang menunjukkan gejala,” kata WHO dalam sebuah pernyataan, Ahad.

Epidemiolog WHO David Heymann mengungkapkan, penemuan puluhan kasus cacar monyet di sejumlah negara yang tidak endemik virus tersebut merupakan hal tak biasa. Kendati demikian, dia yakin, cacar monyet tidak akan berubah menjadi pandemi berikutnya.

“Ini tidak akan menjadi pandemi seperti yang kita ketahui pandemi, tapi tentu saja mungkin penyakit ini telah menyebar di berbagai belahan dunia dan kami baru mulai mengidentifikasinya,” kata Heymann kepada PA News Agency.

Dia pun yakin, cacar monyet tidak menular lewat udara. “Jadi ini bukan infeksi pernapasan seperti SARS-Cov-2 (penyebab Covid-19). Jadi tidak akan menyebar dengan cara yang sama,” ucapnya.

Mantan asisten direktur jenderal WHO untuk keamanan kesehatan dan lingkungan itu menjelaskan, cacar monyet menular melalui kontak dekat.

“Jika terjadi kontak dekat, kontak fisik, ada kemungkinan virus menyebar dari lesi pada satu orang ke orang lain dan bisa masuk melalui luka di kulit atau melalui selaput lendir. Virus ini tidak menular dengan mudah. Ini adalah penyakit yang cukup langka yang sekarang menjadi lebih umum,” kata Heymann.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement